Pheu Thai dalam Posisi Sulit
Kendati Pheu Thai berpeluang membentuk koalisi baru dan mengalahkan Move Forward, namun pengamat menyebut partai itu harus tetap waspada.
“Namun Pheu Thai harus benar-benar mengevaluasi apakah membentuk koalisi baru yang mengecualikan Move Forward akan layak secara politik di masa depan,” ungkap Asisten Profesor Surachanee Sriyai dari Sekolah Kebijakan Publik di Universitas Chiang Mai.
“Kami tidak berbicara permainan pendek di sini (tentang) siapa yang akan menjadi perdana menteri tetapi kami berbicara empat tahun dari sekarang ketika pemilu tiba, apakah orang masih akan memilih Pheu Thai jika partai tersebut mengecualikan Move Forward dari koalisi ini,” jelasnya.
Ia menuturkan rakyat Thailand mungkin melihat Pheu Thai sebagai pengkhianat. Yakni, jika tidak bekerja sama dengan Move Forward yang sempat menang telak dalam pemilihan umum 14 Mei lalu.
Partai harus mempertimbangkan apakah langkah seperti itu diperlukan agar mereka mendapatkan cukup suara untuk mengamankan posisi PM.
Banyak senator telah menjelaskan mereka tidak akan memilih kandidat PM dari koalisi mana pun yang mencakup Move Forward. Lantaran, pendiriannya untuk mengubah undang-undang lese majeste.
Sehingga menempatkan Pheu Thai dalam posisi yang sulit.
“Mereka dapat dengan mudah mendapatkan kandidat jika hanya menggeser koalisi dan membatalkan Move Forward, lalu menambahkan partai lain,” kata Assoc Prof Ockey, yang minat penelitiannya mencakup politik Asia Tenggara.
Ia kemudian melanjutnya bahwa kemungkinan kesulitan yang dihadapi adalah kehilangan banyak kursi di parlemen terakhir.
Hal tersebut karena banyak orang yang takut jika mereka akan membuat kesepakatan dengan partai-partai militer.
“Jika mereka melakukan itu maka Pheu Thai dapat membentuk pemerintahan dalam jangka pendek. Namun, untuk jangka panjang mereka akan terkikis,” jelasnya. (spm/lfr)