ANDALPOST.COM – Seorang insinyur asal India, Stephen Wesley mengaku bingung saat diminta mengikuti tes mengetik selama wawancara untuk sebuah pekerjaan desain grafis di Thailand. Tanpa diketahuinya, pekerjaan tersebut adalah sebuah penipuan oleh penjahat dunia maya.
Kronologi Kejadian Awal Wesley
Beberapa jam setelah mendarat di Bangkok untuk memulai pekerjaan tersebut, Wesley dan tujuh karyawan baru lainnya justru dibawa melintasi perbatasan di Myanmar.
Ponsel serta paspor mereka pun diambil. Wesley dan karyawan baru itu dipekerjakan di sebuah pabrik penipuan yakni cryptocurrency online.
“Saya menghabiskan hingga 18 jam sehari untuk meneliti, mengetik pesan, mengobrol dengan orang-orang di platform media sosial,” ujar Wesley. Dikutip dari context.news.
“Serta, mendapatkan kepercayaan mereka dan mendorong mereka untuk berinvestasi dalam cryptocurrency,” lanjut Wesley.
Wesley menghabiskan 45 hari ditahan di sebuah kompleks di kota perbatasan Myanmar dan Myawaddy. Dia diberi sekitar 3.500 daftar nama yang harus Wesley hubungi melalui Facebook, Instagram, atau aplikasi kencan.
“Kami dilatih tentang cara menggoda, mengobrol tentang hobi, rutinitas sehari-hari, suka dan tidak suka. Dalam waktu sekitar 15 hari, kepercayaan akan dibangun dan klien akan bersedia menerima saran kami untuk berinvestasi di crypto,” papar Wesley.
Kejahatan Dunia Maya
Ribuan orang tergoda dengan iklan lowongan pekerjaan di media sosial yang menjanjikan gaji besar dan di tempatkan di Kamboja, Laos, serta Myanmar.
Namun, di balik iming-iming ini, mereka justru dipaksa menipu orang-orang di seluruh dunia melalui internet.
Kejahatan di dunia maya pertama kali muncul di Kamboja. Lalu, berpindah ke kawasan lain dan menargetkan lebih banyak pekerja yang paham teknologi, termasuk dari India dan Malaysia.
Pihak berwenang di negara-negara ini, dan pejabat PBB (UN) menyatakan, mereka dijalankan oleh gangster China yang mengendalikan perjudian di seluruh Asia Tenggara.
Selain itu, para ahli mengatakan para pekerja baru ditahan di kompleks besar di kasino kawasan Kamboja dan zona ekonomi di Myanmar, serta Laos.
“Geng-geng itu menargetkan pekerja terampil dan paham teknologi yang kehilangan pekerjaan selama pandemi dan putus asa, dan jatuh cinta pada iklan rekrutmen palsu ini,” kata Phil Robertson, wakil direktur Asia di Human Rights Watch.
Perusahaan Teknologi Palsu
Kejahatan dunia maya melonjak pesat dengan munculnya platform digital yang membawa akses mudah ke data pribadi online.
Lalu, ditingkatkan dengan foto yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) yang membantu scammers.
Penipuan yang harus dijalankan oleh Wesley itu disebut dengan “penyembelihan babi”. Di mana seorang penipu membangun kepercayaan dengan korbannya melalui media sosial dan aplikasi kencan. Kemudian, mereka menekan para korban untuk berinvestasi dalam kripto palsu atau skema perdagangan online.
Istilah ini mengacu pada proses di mana penipu “memberi makan korban mereka dengan janji-janji asmara dan kekayaan” sebelum memotong mereka dan mengambil uang mereka, menurut Biro Investigasi Federal AS, yang melacak asal-usulnya ke China pada 2019.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.