Diagnosis Systemic Lupus Erythematosus
Pada dasarnya, penyakit SLE sulit didiagnosis mengingat tanda dan gejala awalnya tidak spesifik. Bahkan, gejalanya bisa terlihat seperti tanda dan gejala penyakit lain.
Namun, pendiagnosaan penyakit ini bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti mengidentifikasi gejala, melakukan pemeriksaan fisik, rontgen, dan tes laboratorium.
Untuk melakukan diagnosis akhir terkait penyakit ini, biasanya dokter spesialis reumatologi akan menggunakan kriteria khusus [PDF -510KB]. Tujuannya untuk mengklasifikasikan SLE, sekaligus untuk kebutuhan penelitian.
Perawatan dan Pengobatan Systemic Lupus Erythematosus
Berdasarkan keterangan situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, penyakit lupus hingga saat ini belum memiliki obat penyembuhnya secara pasti. Namun, hal tersebut dapat dikendalikan melalui intervensi medis dan mengatur gaya hidup sehat.
Sementara itu, menurut laman Kemenkes terdapat beberapa jenis obat yang dapat membantu mengatasi penyakit lupus, di antaranya ialah:
- Obat-obatan yang telah terbukti mencetuskan kejadian manifestasi klinis Lupus (sedikitnya 1 dari 1000 pemakai) : Hydralazine, Prokainamide, Methyldopa, D-penicillamine, TNF Blockers; Isoniazid, Sulfasalazine, Carbamazepine, Phenothiazines, Quinidine, Griseovulvin.
- Obat-obat penyebab lupus, meskipun jarang memberikan gejala klinis lupus yang khas, dapat memberikan hasil ANA test (+)
- Antikonvulsan/Antikejang (phenytoin, trimethadione, primidone, ethozuximide), lithium karbonat, captopril, antithyroid (propylthiouracil, methimazole), Beta-blockers (acebutolol, atenolol, labetalol, timolol eyedrops, dll), obat penurun lipid (pravachol), prazosin
- Obat-obat yang dapat mencetuskan eksaserbasi penyakit lupus, yaitu :
• Antibiotik (sulfa, tetrasiklin, penisilin atau siprofloksasin : meskipun jarang terjadi)
• NSADs (misalnya ibuprofen)
• Obat kontrasepsi oral dan hormon-hormon lain.
• Diuretik golongan sulfa dan antidiabetes (aldakton, dyazide)
• Cimetidin, interferon alfa, dan garam.
(rnh/fau)
