ANDALPOST.COM – Korban meninggal akibat kebakaran hutan Hawaii Maui mencapai 96 orang, Senin (14/8/2023). Sehingga, memicu kemarahan korban selamat atau penyintas.
Mereka menuduh pemerintah lambat dalam memberikan peringatan lebih dini terkait kebakaran tersebut.
Alhasil, pemerintah memprediksi korban meninggal akan semakin bertambah.
Terlebih kini, kru penyelamat dengan anjing-anjing pelacak masih melacak para korban di puing-puing bangunan serta kendaraan yang terbakar di Lahaina.
Tak heran jika kebakaran yang melanda Hawaii Muai dinobatkan sebagai kebakaran hutan paling mematikan di AS lebih dari satu abad.
Kota pesisir bersejarah itu hampir hancur oleh kobaran api yang bergerak cepat.
Para penyintas menyebut tidak ada peringatan mengenai pergerakan api tersebut.
Saat ditanya mengapa tidak ada sirine di pulau itu yang diaktifkan, Senator Hawaii Mazie Hirono mengatakan dia akan menunggu hasil penyelidikan yang diumumkan oleh jaksa agung negara bagian.
“Saya tidak akan membuat alasan apapun untuk tragedi ini,” kata Hirono.
“Kami benar-benar fokus terhadap kebutuhan korban, penyelamatan. Namun, korban meninggal justru semakin bertambah,” imbuhnya.
Lebih dari 2.200 bangunan rusakaat api melanda Lahaina, menurut perkiraan resmi.
Total kerusakan ditaksir mencapai Rp84 triliun serta menyebabkan ratusan orang kehilangan tempat tinggal mereka.
Bencana kebakaran tersebut menjadi tragedi paling mematikan sejak tahun 1918 silam, ketika 453 orang tewas di Minnesota dan Wisconsin, menurut kelompok riset nirlaba National Fire Protection Association.
Kebakaran sebabkan pemadaman listrik sehingga tidak ada peringatan
Hawaii Maui yang dilanda kebakaran hutan mematikan juga memberikan dampak terhadap pemadaman listrik.
Alhasil, peringatan darurat tidak muncul di ponsel para penduduk.
Tidak ada sirine darurat yang berbunyi dan banyak warga Lahaina yang mengetahui tentang kobaran api dari tetangga yang berlarian di jalan atau melihatnya sendiri.
“Gunung di belakang kami terbakar dan tidak ada yang memberi tahu kami jack,” kata penduduk Vilma Reed (63).
“Kamu tahu ketika kami menemukan bahwa ada api? Ketika itu di seberang jalan dari kami,” imbuhnya.
Reed yang rumahnya hancur akibat kobaran api, mengatakan ia bergantung pada bantuan dan kebaikan orang asing dan tidur di dalam mobil bersama putri, cucu, serta dua kucingnya.
Sementara itu, bagi para korban selamat hari-hari semakin terasa sulit saat melihat penghalang jalan yang mencegah mereka kembali ke rumah.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.