Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Perbedaan Prinsip di KTT Demokrasi: Biden Canggung

Presiden Joe Biden, berbicara di samping Menteri Luar Negeri, Antony Blinken selama KTT virtual Demokrasi di Auditorium Pengadilan Selatan, Rabu (29/03/2023), Washington, DC | Sumber: CNN

ANDALPOST.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden umumkan pendanaan baru untuk memperkuat demokrasi di seluruh dunia. Diketahui, melalui sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) yang diadakannya secara virtual, Rabu (29/03/2023).

Meskipun demikian, masih banyak negara yang hadir, yang masih belum menentukan deklarasi akhir pertemuan tersebut sebagai pemaparan komitmen masing-masing.

Para kritikus mengatakan, bahwa perkembangan hak asasi manusia dan kebijakan luar negeri demokratis di bawah pemerintahan Biden masih kurang. 

Walaupun itu, Biden tetap merencanakan pendanaan sebesar US$690 juta dolar untuk membantu melawan korupsi, dan  mendukung pemilu yang bebas dan adil. Serta dengan, meningkatkan teknologi untuk mendukung pemerintahan-pemerintahan yang demokratis.

“Saya percaya ini adalah tantangan yang menentukan di zaman kita. Dan hari ini, kita dapat mengatakan dengan bangga bahwa demokrasi dunia semakin kuat, bukan semakin lemah. Otokrasi dunialah yang semakin lemah, bukan semakin kuat,” ujar Biden.

Negara-negara yang Hadir dan Isu Ukraina

Diketahui, sebanyak 120 pemimpin negara diundang untuk menghadiri KTT demokrasi tersebut. Akan tetapi, terdapat juga beberapa pemimpin yang ‘cenderung’ berkarakter otoriter. 

Di antaranya yang hadir adalah India, yang sedang dalam proses memenjarakan pemimpin oposisi Rahul Gandhi atas putusan pencemaran nama baik yang dibuat-buat.

Lalu, ada Israel, yang pemimpinnya, Benjamin Netanyahu, ingin menghentikan independensi peradilan. Serta dengan, Meksiko, yang pemimpinnya, Andrés Manuel López Obrador, berusaha mengakhiri pemilu yang bebas dan adil.

Para pemimpin, lebih dari seratus negara yang ikut dalam KTT demokrasi, di AS pada awal Desember 2021 | Sumber: Council on Foreign Relations

Tentunya, seluruh pemimpin yang hadir, diajak oleh Biden untuk tetap mempertahankan demokrasi di tengah-tengah tantangan global. Salah satunya, adalah untuk membicarakan tentang invasi Rusia ke Ukraina.

Alhasil, Ukraina juga turut mengikuti KTT tersebut, dengan Presiden Volodymyr Zelensky yang berpartisipasi dalam sesi, hari Selasa secara virtual dengan Menteri Luar Negeri (Secretary of State) AS, Antony J. Blinken.

Diketahui, Zelensky turut berbicara selama sesi pleno Biden pada hari Rabu, bersama dengan para pemimpin lain yang juga tampil.

“Ukrainalah yang dapat dijangkau oleh Rusia yang kejam dengan tangannya yang berdarah, dengan misil, artileri, bom, dan tank,” kata Zelensky dalam acara yang dipimpin oleh Biden tersebut.

“Tapi ambisi Kremlin tidak berakhir hanya di mana tangannya mencapai,” sambungnya.

“Rusia telah lama berperang dengan kalian semua, dengan demokrasi dunia,” tambahnya.

“Rusia melakukan perang melalui disinformasi, campur tangan pemilu, [lalu] spionase, korupsi, mengeksploitasi, dan kejahatan dunia maya,” lanjut Zelensky.

“[Negara tersebut] juga memicu krisis energi dan ledakan harga di pasar yang akan memukul orang-orang Anda dengan tagihan listrik atau gas yang gila,” tambahnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.