Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Perjalanan Panjang Suku Ogoney Papua Mendapat Pengakuan atas Hutan Adat

Perjalanan Panjang Suku Ogoney Papua Mendapat Pengakuan atas Hutan Adat
Josep Ogoney berkata bahwa hutan seperti ‘pasar’ bagi orang-orang Ogoney, tetapi jjuga menganggapnya suci. (Foto: Peter Yeung/Al Jazeera)

ANDALPOST.COM – Papua memang dikenal memiliki bentangan hutan yang luas, serta masih terjaga kealamiannya.

Hal ini dirasakan oleh satu di antara penduduk setempat bernama Josep, yang berasal dari suku Ogoney (37).

Josep Ogoney yang memang warga asli Papua, kerap berjalan di hutan tanpa mengenakan alas kaki sembari mencari bahan makanan.

Ia mengaku, desanya yang terpencil berada di tepi sungai dan dikelilingi vegetasi tropis.

“Ini pasar saya,” kata Ogoney, Kamis (08/06/2023).

“Saya bisa mengambil hewan untuk dimakan, tumbuhan untuk obat dan kayu untuk membangun rumah,” imbuhnya.

Namun, meski Josep mengaku hutan tersebut layaknya pasar bagi dirinya, tapi berbeda dengan pasar konvensional pada umumnya.

“Semuanya gratis,” ujar Josep, yang merupakan anggota Ogoney, suku asli dari Indonesia yang mendiami provinsi Papua Barat.

Suku Ogoney sendiri telah membudidayakan hutan selama berabad-abad.

Di tanah tersebut, mereka menanam berbagai tanaman, seperti nanas, sagu, dan ubi jalar.

Penduduk setempat juga berburu rusa dan babi yang diolah menjadi menu makanan.

Suku Ogoney juga masih menggunakan tanaman endemik untuk menyehatkan dan menyembuhkan diri.

Meski begitu, hutan tempat mereka tinggal sebagian telah disisihkan untuk pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan.

Tetapi, mereka menganggap ada sejumlah wilayah di hutan itu masih sakral. Sehingga, Suku Ogoney sangat menjaganya dengan ketat.

“Kami bergantung pada hutan.” jelas Josep.

“Kami akan menolak siapa pun yang mencoba mengeksploitasinya,” bebernya.

Perlindungan Hutan Adat untuk Suku Ogoney

Masyarakat adat dan komunitas lokal, seperti suku Ogoney, mengelola separuh daratan dunia dan 80 persen keanekaragaman hayati.

Hutan di tanah adat, yang menyimpan 37,7 miliar ton karbon secara global, berperan besar dalam menstabilkan iklim bumi.

Namun, baru belakangan ini masyarakat adat dan komunitas lokal mulai menerima pengakuan atas peran mereka dalam memelihara serta menjaga hutan di Papua.

Pada Konferensi Perubahan Iklim PBB tahun 2021 atau dikenal sebagai COP26, para pemimpin dunia berjanji untuk menggelontorkan dana sebesar Rp25 triliun guna mendukung Suku Ogoney.

Dalam konferensi tersebut, para pemimpin dunia pun berjanji akan mengurangi deforestasi.

“Dengan menggunakan praktik berkelanjutan yang diajarkan dari satu generasi ke generasi lainnya, mereka secara aktif melindungi hutan, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menjaga keseimbangan penting bagi lingkungan dan kelangsungan hidup mereka sendiri,” kata Emmanuelle Berenger, pemimpin pengelolaan hutan berkelanjutan di Rainforest Alliance, sebuah nirlaba global.

“Untuk melindungi hutan secara efektif, mereka perlu didukung melalui pengakuan hukum,” jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.