ANDALPOST.COM — Ancaman bagi sektor ekonomi Inggris sepertinya belum akan mereda dalam beberapa tahun ke depan. Peningkatan suku bunga juga meningkatnya rasio pengangguran menjadi faktor semakin parahnya sektor ekonomi Inggris.
Menurut National Institute of Economic and Social Research (Niesr), ekonomi negara kerajaan dan parlemen tersebut akan terperosok ke jurang resesi. Produk Domestik Bruto (GDP) yang terus menerus menurun pada tahun ini juga menjadi penyebabnya.
Bahkan menurut perkiraan, risiko resesi pada akhir 2024 sudah mencapai 60%. Jika tidak melakukan perbaikan, resesi tersebut benar akan menjadi kenyataan.
Saat ini saja, di mana resesi belum terjadi, suku bunga telah mengalami kenaikan. Diperkirakan puncaknya akan berada di angkat 5,5%. Suku bunga yang meningkat tersebut akan memiliki dampak yang sangat negatif pada prospek pertumbuhan.
“Pasokan tiga kali lipat dari Brexit, Covid, dan invasi Rusia ke Ukraina, bersama dengan pengetatan moneter yang diperlukan untuk menurunkan inflasi, telah berdampak buruk pada ekonomi Inggris,” kata Stephen Millard, wakil direktur untuk pemodelan makroekonomi dan perkiraan Niesr.
Millard juga membenarkan, bahwa hingga dua tahun ke depan, kondisi ekonomi Inggris belum akan pulih.
“Sebagai hasilnya, kami memperkirakan pertumbuhan yang melambat selama dua tahun ke depan, dengan GDP pulih ke tingkat Q4 2019 hanya pada Q3 2024,” tambah Millerd.
Upaya Inggris Bangkit dari Keterpurukan
Jumlah uang yang dihasilkan oleh ekonomi Inggris, produk domestik brutonya, semua barang dan jasa yang diproduksi, diperkirakan tidak akan kembali ke level 2019 hingga paruh kedua tahun depan.
Pertumbuhan yang lemah ini telah terjadi sejak awal 2020 lalu.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.