Di London, upah riil diperkirakan 7% lebih tinggi pada akhir tahun depan dibandingkan pada 2019. Sedangkan di wilayah seperti West Midlands diperkirakan 5% lebih rendah.
Hal ini dikarenakan pemerataan ekonomi belum sepenuhnya bisa diakomodasi oleh pemerintah. Tidak hanya itu, nilai inflasi di kota besar juga lebih besar dibandingkan di kota kecil.
Meskipun kenaikan gaji terjadi di kota-kota besar, inflasi yang tinggi telah memaksa harga naik. Sementara kenaikan biaya hidup ini telah membuat rumah tangga di seluruh Inggris merasa terjepit.
Pakar lain dari Niesr mengatakan bahwa yang paling terdampak dari kondisi ekonomi Inggris saat ini ialah mereka yang berada pada golongan rumah tangga berpendapatan rendah.
Pendapatan nyata dalam kelompok ini turun sekitar 17% selama lima tahun hingga 2024.
“Bagi sebagian masyarakat termiskin, mengatasi pertumbuhan upah riil yang rendah atau tidak ada sama sekali dan inflasi yang terus-menerus melibatkan utang baru untuk membayar biaya perumahan, energi, dan makanan yang lebih tinggi secara permanen,” kata ahli ekonomi tersebut.
Beberapa waktu lalu, Bank of England menaikkan suku bunga untuk ke-14 kalinya berturut-turut karena terus berupaya membuat pinjaman lebih mahal. Hal ini guna meredam permintaan peminjaman dan juga untuk memperlambat inflasi.
Kebijakan tersebut sebenarnya tidak dibenarkan oleh sebagian ekonom. Hal ini dikarenakan masyarakat kecil yang berada di Inggris akan semakin meringis sebab akan semakin berjuang secara finansial.
“Kebutuhan untuk mengatasi kinerja pertumbuhan yang buruk di Inggris tetap menjadi tantangan utama yang dihadapi para pembuat kebijakan saat mendekati pemilu berikutnya,” tambah ahli ekonom Inggris tersebut. (paa/ads)