Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Perubahan Visa Australia Buat Para Jutawan China Terkatung-katung

Perubahan Visa Australia Buat Para Jutawan China Terkatung-katung
Turis China dan Malaysia mengambil foto Sydney Opera House dari area pengamatan yang terletak di Sydney Harbour. (Foto: REUTERS/David Gray)

ANDALPOST.COM – Pemerintah Australia melakukan perombakan pada program visa yang kontroversial, sehingga berdampak pada migran di sana, Jumat (16/06/2023).

Salah satu migran yang merasakan dampak tersebut ialah Paul Wang (44).

Pada 2018 silam, Wang meninggalkan Beijing dan memulai hidup baru di Australia.

Ia menginvestasikan dana mencapai Rp10 miliar dalam bisnis pengolahan makanan.

Wang berharap dapat memenuhi syarat untuk tinggal permanen di bawah skema visa investasi negara tersebut.

Namun, lima tahun kemudian, harapan Wang beserta sang keluarga mulai surut.

Dia dan tiga keluarganya harus tetap bertahan, lantaran pemerintah menunda program visa tersebut. Sehingga, Wang dan para migran lainnya hidup dalam ketidakpastian.

“Kami tidak menyangka akan memakan waktu selama ini,” kata Wang.

“Dan hidup kami berantakan karena itu. Kami tidak bisa membuat rencana ke depan dengan semua ketidakpastian,” imbuhnya.

Ketika Australia memperkenalkan Program Inovasi dan Investasi Bisnis (BIIP) pada tahun 2012, harapannya adalah menjadi pemilik bisnis investor.

Alhasil, pengusaha kaya akan meningkatkan ekonomi dengan mendatangkan modal dan mendorong inovasi.

Visa Permanen BIIP

Sayangnya, hasil dari kebijakan tersebut justru mengecewakan.

Tinjauan pemerintah yang diterbitkan pada bulan Maret, menemukan bahwa migran Business Innovation and Investment Program (BIIP) berkontribusi lebih sedikit pada ekonomi daripada rata-rata orang Australia.

Terlepas dari kekayaan mereka, cenderung lebih tua dan memperoleh pendapatan lebih rendah melalui pengembalian modal atas investasi pasif.

Kajian tersebut memperkirakan kontribusi ekonomi seumur hidup pemegang BIIP senilai Rp6 miliar, kurang dari setengah Rp23 miliar warga Australia.

Setelah berkuasa 13 bulan lalu, pemerintah Partai Buruh Australia mengalihkan prioritas untuk mengurangi kekurangan pekerja terampil yang kritis. 

Lantaran, sebagian besar visa permanen BIIP membutuhkan waktu hampir tiga tahun untuk diproses, naik dari rata-rata sebelumnya sekitar 12 bulan, dan selain siklus investasi empat hingga lima tahun.

Dampak dari kebijakan baru tersebut, Wang telah menghabiskan waktu selama 21 bulan untuk menunggu.

Skema visa investasi serupa telah dibatalkan di Kanada, Inggris, dan Singapura karena pemerintah menyimpulkan bahwa mereka tidak menciptakan lapangan kerja dan dapat menjadi sarana untuk memarkir uang spekulatif.

Setiap kategori visa Australia mengalami backlog selama COVID-19. Saat pandemi mereda, pemerintah telah memangkas waktu pemrosesan secara keseluruhan.

Tetapi, penantian lebih dari 3.000 pemegang BIIP dan keluarga mereka yang mayoritas orang Tionghoa semakin lama.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.