Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Perusahaan Asal Taiwan Tarik Diri dari Usaha Patungan dengan India

Perusahaan asal Taiwan Tarik Diri dari Usaha Patungan dengan India
Logo Foxconn, perusahaan yang menarik diri dari kerjasama dengan India. (The Andal Post/Aini)

ANDALPOST.COM – Foxconn Taiwan telah menarik diri dari usaha patungan bersama konglomerat logam ke minyak India, Vedanta. Tahun lalu, kedua perusahaan secara resmi bekerja sama dalam membangun pabrik semikonduktor senilai $19,5 miliar (Rp 296 Triliun).

Keduanya telah menandatangani perjanjian pada September 2022 lalu. Rencana awal keduanya yaitu mendirikan pabrik semikonduktor di negara bagian asal Modi, Gujarat.

“Foxconn (2354.TW) telah memutuskan tidak akan melanjutkan usaha patungan dengan Vedanta,” kata pernyataan Foxconn tanpa menjelaskan alasannya dilansir dari Reuters (11/7/2023). 

Perusahaan mengatakan telah bekerja dengan Vedanta selama lebih dari setahun untuk mewujudkan “ide semikonduktor yang hebat menjadi kenyataan”. Tetapi, mereka telah memutuskan untuk mengakhiri usaha patungan tersebut dan akan menghapus namanya dari entitas yang sekarang dimiliki sepenuhnya oleh Vedanta. 

Vedanta mengatakan berkomitmen penuh untuk proyek semikonduktornya dan telah mengajak mitra lain untuk menjadikan pabrik tersebut menjadi kenyataan.

“Vedanta telah menggandakan upayanya” untuk memenuhi visi Modi, tambahnya dalam sebuah pernyataan. 

Dugaan Penyebab Mundurnya Foxconn

Hingga saat ini, kabar mengenai alasan mundurnya Foxconn masih simpang siur. Namun salah satu sumber terpercaya mengatakan mundurnya Foxconn dikarenakan belum adanya persetujuan insentif oleh Pemerintah India. 

Foxconn berharap adanya kontribusi dari pihak pemerintah. Sebelumnya, ibu kota negara India, New Delhi telah mengajukan beberapa pertanyaan mengenai perkiraan biaya yang diberikan untuk meminta insentif dari pemerintah. 

Padahal Perdana Menteri India, Narendra Modi telah menjadikan pembuatan chip sebagai prioritas utama untuk strategi ekonomi India. Apalagi India selama ini dikenal sebagai pusat produksi tekstil. Oleh karenanya, India ingin mencoba mengejar ketertinggalan di bidang produksi. 

Ini menjadi pukulan terhadap ambisinya untuk memikat investor asing untuk membuat chip secara lokal untuk pertama kalinya. 

“Kesepakatan yang gagal ini jelas merupakan kemunduran untuk dorongan ‘Make in India,” kata Neil Shah, Wakil Presiden Riset di Counterpoint.

Suara lain yaitu dari Wakil Menteri TI Rajeev Chandrasekhar mengatakan keputusan Foxconn “tidak berdampak” pada rencana India, menambahkan bahwa kedua perusahaan adalah “investor berharga” di negara tersebut.

Kaburnya Harapan India

Perusahaan asal Taiwan Tarik Diri dari Usaha Patungan dengan India
Ribuan pekerja bekerja untuk Foxconn. (Sumber: NextPit)

Di dunia bisnis khususnya bisnis teknologi, Foxconn tidak pernah dipandang sebelah mata. Hal ini dikarenakan Foxconn menjadi pemasok untuk perusahaan-perusahaan besar. 

Foxconn terkenal karena merakit iPhone dan produk Apple lainnya. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang menjadi chip untuk mendiversifikasi bisnisnya. 

Sebagian besar output chip dunia terbatas pada beberapa negara, seperti Taiwan, dengan India yang terlambat masuk. Usaha Vedanta-Foxconn mengumumkan rencana pembuatan chipnya di Gujarat September lalu, dengan Modi menyebut proyek tersebut sebagai “langkah penting” dalam meningkatkan ambisi pembuatan chip India.

Proses kerjasama antara dua perusahaan berjalan sangat lambat. Apalagi adanya keterlibatan  pihak ketiga yaitu  pembuat chip Eropa STMicroelectronics sebagai mitra teknologi turut memperlambat komunikasi.

Sementara Vedanta-Foxconn berhasil mendapatkan STMicro untuk teknologi lisensi. Namun, pemerintah India kurang puas untuk lisensi tersebut. India menginginkan STMicro ikut dalam kemitraan maupun saham perusahaan. Di sisi STMicro sendiri merasa belum tertarik dengan pembicaraan tersebut. 

Pemerintah India memang berambisi untuk terjun ke produksi chip. India mengharapkan pasar semikonduktornya bernilai $63 miliar pada tahun 2026, tahun lalu menerima tiga aplikasi untuk mendirikan pabrik di bawah skema insentif $10 miliar. (paa/fau)