Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Perusahaan Ritel Wilko Segera Menutup Ratusan Gerai dan PHK Puluhan Ribu Karyawan

Usaha Wilko Untuk Bertahan Belum Berhasil Hingga Penutupan Gerai Dalam Waktu Dekat
Penanda diskon di gerai-gerai Wilko di beberapa waktu terakhir. (Sumber: The guardian)

ANDALPOST.COM – Perusahaan ritel Wilko dikabarkan akan menutup beberapa gerai dalam waktu dekat. Hal tersebut berakibat sebanyak 12.500 staf di toko ritel tersebut akan segera kehilangan pekerjaan. Sebelumnya perusahaan telah melakukan berbagai macam usaha untuk bertahan, namun belum berhasil menyelamatkan ratusan toko tersebut. 

Beberapa waktu terakhir, pihak kantor akuntan publik yang telah mendunia, PwC telah  mengadakan pembicaraan dengan beberapa perusahaan yang berminat untuk mengakuisisi perusahaan retail Wilko tersebut. Hasilnya, beberapa di antaranya ingin membeli beberapa toko, sementara yang lain tertarik pada hak atas nama perusahaan tersebut.

Tetapi sayang, harapan utama sang pemilik tidak dapat terwujud. Tidak ada kesepakatan yang berhasil dicapai karena adanya pertimbangan biaya infrastruktur yang kurang masuk akal. 

Tidak hanya itu saja, para perusahaan yang tertarik sebagian besar mengatakan hanya ingin mengambil alih infrastruktur. Dalam artian, masa depan hampir semua karyawannya sirna karena mereka tidak ikut ambil alih. 

Perusahaan yang berminat mengambil alih Wilko

Usaha Wilko Untuk Bertahan Belum Berhasil Hingga Penutupan Gerai Dalam Waktu Dekat
Etalase Wilko yang telah dibiarkan kosong. (Sumber: Devon Life)

PwC telah menyetujui kesepakatan dengan saingannya B&M untuk membeli 51 toko Wilko dan Sky News melaporkan bahwa Poundland sedang dalam pembicaraan untuk membeli sekitar 100 toko.

Dapat dipahami bahwa The Range dan Home Bargains tertarik untuk membeli merek tersebut dan beberapa toko, namun serikat pekerja GMB mengatakan bahwa penawar hanya tertarik pada properti bukan pada pekerjanya.

Masalah yang dihadapi oleh Wilko termasuk permasalahan yang telah dihadapi cukup lama. Retailer tersebut tetap kuat selama bertahun-tahun meskipun terdapat tantangan yang lebih luas di pasar-pasar utama Inggris. 

Masalah tersebut juga tumbuh seiring dengan pesaingnya seperti Woolworths yang mengalami masalah keuangan. Sehingga bisa diartikan bahwa masalah tersebut dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dengan Wilko. 

Wilko melaporkan laba yang kuat pada sebagian besar tahun 2010-an dan mencapai puncak omzetnya sebesar lebih dari £1,6 miliar pada tahun 2018, namun pada titik ini profitabilitasnya mulai menurun di tengah tekanan dari kalangan atas.

Sejak saat itu, omzet mengalami penurunan setiap tahunnya, karena adanya tantangan di sektor ini yang diperburuk oleh pandemi Covid-19 dan anggaran konsumen yang lebih ketat dalam menghadapi biaya energi dan suku bunga hipotek yang lebih tinggi.

Administrator perusahaan di PwC mengatakan faktor-faktor ini berkontribusi terhadap tekanan arus kas dan memburuknya perdagangan.

Dari segi jumlah pengunjung di Wilko juga terlihat menurun. Hal ini disebabkan karena persaingan yang semakin ketat dari pesaingnya seperti B&M dan Home Bargains. Toko-toko ini terus berkembang, dengan pembeli berbondong-bondong mengunjungi toko mereka yang sering kali berlokasi di pusat perbelanjaan luar kota.

Kawasan ritel mengalami peningkatan tajam dalam beberapa tahun terakhir sehingga merugikan banyak jalan raya, tempat Wilko memiliki sebagian besar lokasinya.

Pendiri Phones 4U John Caudwell juga mengatakan “tidak mengherankan” Wilko menghadapi permintaan konsumen yang lebih lemah karena iklim ekonomi yang menantang.

“Individu dan dunia usaha sedang menghadapi masa-masa sulit akibat inflasi, situasi pasca-pandemi, dan perang di Ukraina, jadi ada masa-masa sulit yang akan datang dan hal ini tidak akan menjadi lebih mudah dalam jangka pendek,” ucapnya. (paa/fau)