Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pihak Berwenang Myanmar Bakar Obat-obatan Terlarang Senilai Rp 6 Triliun

Pihak Berwenang Myanmar Bakar Obat-obatan Terlarang Senilai Rp 6 Triliun
Ilustrasi obat-obatan terlarang (Foto: REUTERS/Roberto Guzman)

ANDALPOST.COM – Pihak berwenang Myanmar membakar hampir Rp 6 triliun obat-obatan terlarang, Senin (26/6/2023).

Langkah itu dipicu karena pemerintah gagal dalam menghentikan lonjakan produksi serta perdagangan narkotika.

Tumpukan heroin, ganja, metamfetamin, dan opium yang tinggi dibakar di pusat komersial Yangon pada Senin (26/6/2023).

Aksi tersebut juga bertepatan dengan peringatan Hari Internasional Melawan Penyalahgunaan Narkoba dan Perdagangan Gelap.

Pembakaran obat-obatan terlarang juga terjadi di tempat lain di Myanmar.

Tak heran jika pejabat militer setempat menyebut total dari obat-obatan tersebut menyentuh angka Rp 6 triliun.

Namun dalam sebuah pernyataan, kepala Komite Pusat Pengendalian Penyalahgunaan Narkoba Myanmar mengatakan upayanya untuk menghancurkan perdagangan bernilai triliun itu tidak berdampak apapun.

“Meskipun penyalahguna, produsen, pedagang, dan kartel narkoba yang tak terhitung jumlahnya ditangkap dan dituntut. Produksi dan perdagangan narkoba tidak menurun sama sekali,” kata Soe Htut kepada surat kabar Global New Light of Myanmar.

Wilayah perbatasan yang disebut segitiga emas antara Myanmar, Laos, serta Thailand telah lama menjadi sarang produksi dan perdagangan narkoba ilegal, terutama sabu dan opium.

Termasuk negara bagian Shan di Myanmar yang terkenal sebagai sumber utama sabu di Asia Tenggara, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Wilayah itu merupakan rumah bagi kelompok pemberontak etnis dan milisi yang bersekutu dengan tentara negara.

‘Kartel perlindungan tertinggi’

Analis mengklaim para militer yang menggulingkan pemerintah terpilih dan merebut kekuasaan pada 2021 lalu, tidak serius dalam mengakhiri perdagangan obat-obatan haram tersebut.

Pihak Berwenang Myanmar Bakar Obat-obatan Terlarang Senilai Rp 6 Triliun
Seorang pria memanen opium saat bekerja di ladang di luar Loikaw, negara bagian Kayah, Myanmar. (Foto: Soe Zeya Tun/Reuters)

“Tentara sebenarnya adalah kartel perlindungan utama perdagangan dan telah berlangsung selama bertahun-tahun”, kata analis independen David Mathieson.

Tindakan tegas pembakaran obat-obatan terlarang itu terjadi saat PBB melaporkan rekor penyitaan sabu-sabu tahun lalu di Myanmar.

PBB juga mengatakan pertanian opium poppy telah mengalami kebangkitan usai adanya kudeta di Myanmar.

Lebih dari 23 ton sabu disita di Myanmar pada tahun 2022, kata Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan.

Alhasil, harga grosir dan jalanan untuk sabu di seluruh Asia Tenggara turun atau mencapai rekor terendah.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.