Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

PM Belanda Mark Rutte Rela Undur Diri, Ini Alasannya!

PM Belanda Mark Rutte bakal mengundurkan diri karena pelemik pencari suaka. (Foto: REUTERS/Piroschka van de Wouw)

ANDALPOST.COM — Pemerintahan koalisi Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte porak-poranda lantaran perbedaan pendapat atas cara menangani migrasi.

Pria berusia 56 tahun tersebut dikabarkan akan mengundurkan diri dari jabatannya karena masalah tersebut.

Rutte merupakan pemimpin terlama Belanda dan salah satu politisi paling berpengalaman di Eropa.

Ia menyebut pembicaraan polemik tersebut gagal menghasilkan kesepakatan.

Mereka berselisih karena rencana Rutte untuk memperketat pembatasan penyatuan kembali keluarga pencari suaka.

Sebuah upaya yang dianggap mengekang jumlah pencari suaka menyusul skandal tahun lalu atas pusat migrasi penuh dengan mereka.

“Bukan rahasia lagi bahwa mitra koalisi memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang kebijakan migrasi,” ungkap Rutte.

“Malam ini, sayangnya kami telah mencapai kesimpulan bahwa perbedaan tidak dapat diatasi. Untuk alasan ini, saya akan segera menyampaikan pengunduran diri saya secara tertulis kepada raja atas nama seluruh pemerintahan,” imbuhnya.

Pemerintah kemudian mengkonfirmasi dia telah mengajukan pengunduran dirinya dan akan mengunjungi Raja Willem-Alexander pada Sabtu (8/7/2023).

Koalisi tersebut diketahui merupakan partai keempat bagi Rutte sejak ia menjabat pada tahun 2010 silam.

Namun, koalisi itu baru dilantik pada Januari 2022 setelah mencapai rekor negosiasi selama 271 hari dan terpecah belah dalam banyak masalah.

Rutte yang dijuluki sebagai “Teflon Mark” lantaran kemampuannya dalam menghindari bencana politik mengatakan, ia memiliki energi untuk berdiri pada masa jabatan kelima tapi harus instropeksi terlebih dahulu.

“Sangat Mengecewakan”

Komisi pemilihan Belanda mengatakan,  pemilihan paling awal dapat digelar pada pertengahan November mendatang.

Mark Rutte (Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko)

Rutte mengatakan, ia akan memimpin pemerintahan sementara sampai saat itu dan berfokus pada sejumlah tugas. Termasuk termasuk bagi Ukraina.

Runtuhnya koalisi Rutte memicu saling tuduh antara empat partai dalam koalisi berusia satu setengah tahun itu yang mendapat julukan “Rutte IV”.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.