Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Populasi Jepang Turun Hampir 800.000 Akibat Krisis Demografis

Populasi Jepang Turun Hampir 800.000 Akibat Krisis Demografis
Ilustrasi penurunan ratusan ribu populasi di Jepang karena krisis demografis. (The Andal Post/Clarencia Mayvianti)

ANDALPOST.COM – Krisis populasi di Jepang kian parah, dengan jumlah penduduk turun lebih dari 800.000, Kamis (27/7/2023).

Hal itu disebabkan oleh tren yang populer di negara-negara Asia Timur.

Per 1 Januari 2023, total populasi Jepang mencapai 125,4 juta. Termasuk penduduk lokal dan asing, menurut data yang dirilis oleh kementerian urusan dalam negeri Jepang. 

Jumlah penduduk asing naik hampir 289.500 dibandingkan tahun sebelumnya. 

Peningkatan signifikan yang menyentuh angka lebih dari 10 persen.

“Namun, jumlah penduduk Jepang menyusut 800.523, menandai kontraksi ke-14 tahun berturut-turut sejak puncaknya pada 2009,” kata kementerian.

“Untuk pertama kalinya, semua prefektur di seluruh negeri mengalami penurunan jumlah warga negara Jepang,” imbuhnya.

Tetapi, karena peningkatan jumlah penduduk asing, ibu kota Tokyo mengalami sedikit peningkatan populasi secara keseluruhan dari semua penduduk tanpa memandang kebangsaan.

Angka Kematian

Jumlah kematian tahun lalu juga mencapai rekor tertinggi lainnya, dengan 1,56 juta orang, dibandingkan dengan kurang dari setengah jumlah kelahiran yang tercatat, hanya 771.801 bayi baru lahir, menurut kementerian.


Populasi Jepang Turun Hampir 800.000 Akibat Krisis Demografis
Para pembeli berkerumun di distrik perbelanjaan Ameyoko, yang merupakan pasar jajanan kaki lima terbesar di Tokyo, saat mereka berbelanja di menit terakhir belanja Tahun Baru di Tokyo, Jepang, 29 Desember 2022. (Foto: REUTERS/Issei Kato)

Kasus kematian telah melampaui kelahiran di Jepang selama lebih dari satu dekade, menimbulkan masalah yang berkembang bagi para pemimpin ekonomi terbesar ketiga di dunia itu. 

Kini, mereka tengah menghadapi populasi lansia yang membengkak, bersama dengan tenaga kerja kian menyusut.

Pemerintah harus mendanai pensiun dan perawatan kesehatan karena permintaan dari populasi tua yang melonjak.

Populasi Jepang terus mengalami penurunan sejak ledakan ekonomi tahun 1980-an, dengan tingkat kesuburan 1,3 persen.

Jauh di bawah tingkat 2,1 yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi stabil, tanpa adanya imigrasi.

Negara ini juga memiliki salah satu harapan hidup tertinggi di dunia.

Pernyataan Menteri Jepang

Pada tahun 2020 lalu, hampir satu dari 1.500 orang di Jepang berusia 100 tahun atau lebih, menurut data pemerintah.

Tetangga Jepang, yakni Korea Selatan, Singapura, China, dan Taiwan mengalami krisis serupa.

Sehingga, negara tersebut mendorong kaum muda agar memiliki lebih banyak anak, di tengah meningkatnya biaya hidup dan ketidakpuasan sosial.

Tren yang memprihatinkan ini memicu peringatan pada bulan Januari dari Perdana Menteri Fumio Kishida bahwa Jepang diambang bencana.

“Jepang tidak dapat mempertahankan fungsi sosial,” terang Kishida.

Dalam upaya untuk menutup kesenjangan dan menyeimbangkan populasi, pihak berwenang Jepang dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong lebih banyak penduduk serta pekerja asing.

Padahal, itu tidaklah mudah lantaran Jepang merupakan negara yang sangat homogen dengan tingkat imigrasi relatif rendah.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.