Belum Jelasnya Nasib Politik Sandiaga
Kemarahan yang disampaikan oleh Prabowo ini diasumsikan mengarah ke Sandiaga. Bagaimana tidak? kerap kali sindiran seperti ini muncul setelah keluarnya Sandiaga dari partai Gerindra 23 April lalu.
Sandi adalah kader partai Gerindra sejak 2015 lalu. Puncak karirnya adalah mendapat tempat mendampingi Prabowo sebagai Cawapres di Pemilu 2019 silam.
Kesempatan itu membuat Sandi hingga sampai saat ini punya ketenaran yang cukup bagus dalam dunia politik.
Namun, Sandi kini memilih hengkang dan menjadi gelandangan politik untuk sementara. Sosok Menparekraf itu dikatakan telah tergoda oleh survei.
Ia mengincar kursi Cawapres untuk menemani Ganjar Pranowo lewat PPP sebagai kendaraan politiknya.
Apa yang dilakukan oleh Sandi ini tentu bukanlah hal bagus dan patut dicontoh oleh kader partai. Seperti yang dikatakan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani beberapa waktu lalu.
Relevan dengan hal tersebut, Prabowo menekankan bagi setiap kader untuk setia. Pasalnya sikap tidak setia sangat mudah untuk diadu domba.
“Karena kalian, kesetiaan itu komunitas yang langka di republik ini. Kita harus koreksi diri, bangsa kita ratusan tahun selalu diadu domba. Selalu dipermainkan kekuatan besar dan sampai sekarang kita sering tidak mengerti dan sadar bahwa kita diadu domba, dipermainkan,” kata Prabowo.
“Yang saya alami, pengalaman saya, semakin orang tinggi jabatan dan pendidikan, semakin agak kecenderungan tidak setia. Pengalaman saya di tentara, pangkat rendah kopral yang setia sejati,” pungkasnya.
Naasnya, Nasib pahit justru terjadi dan dialami Sandi saat ini. Pasalnya Plt PPP, Mardiono bahkan belum mendeklarasikan pengangkatan Menparekraf itu sebagai kader partainya.
Padahal, rumor santer menyebut Sandi adalah nama paling potensial dan strategis untuk mendampingi sosok Ganjar Pranowo.
Alih-alih memastikan hal tersebut, pasca pertemuan kemarin Mardiono justru berkata jika untuk memajukan Cawapres harus dari kadernya sendiri. Sedangkan sosok Sandiaga Uno saat ini belum mendapatkan KTP PPP. (pam/ads)