Sebelumnya diketahui, China telah mendukung upaya Iran yang sekarang berhasil untuk menjadi anggota penuh organisasi tersebut.
“Presiden Raisi menikmati posisi dan hubungan yang sama dengan China, yang sayangnya belum digunakan untuk pembangunan ekonomi dan komersial hingga saat ini,” tulis Pemerintah Iran kembali pada akun Twitternya, Senin, (13/02).
“Iran dan China dengan kapasitas mereka yang signifikan, dapat memulai hubungan baik dan menebus masa lalu,” tambahnya.
Agenda Kunjungan Raisi ke China
Raisi yang sempat menjabat sebagai presiden pada Agustus 2021 lalu, menunjukkan prioritasnya selama perjalanan tersebut. Didampingi oleh tim andal, juga termasuk gubernur bank sentral yang baru.
Enam anggota kabinet Raisi, termasuk menteri ekonomi, perminyakan, luar negeri, perdagangan, transportasi dan pembangunan kota, serta pertanian juga menjadi bagian dari delegasi itu.
Dalam kunjungan tersebut, Raisi juga melakukan pertemuan dengan Xi Jinping. Kemudian dilanjutkan dengan negosiasi antar delegasi yang diharapkan dapat berujung pada penandatanganan beberapa kesepakatan di hadapan para presiden.
Mohammad Jamshidi selaku wakil Raisi untuk urusan politik pun mengungkapkan tujuan dari perjalanan tersebut.
Yakni untuk menyelesaikan mekanisme operasional dari perjanjian kerja sama komprehensif 25 tahun yang ditandatangani kedua negara pada tahun 2021.
Pada awal tahun ini, menteri luar negeri Hossein Amirabdollahian menyebut perjanjian itu telah memasuki tahap implementasi. Namun, tidak ada kontrak atau proyek besar yang diumumkan.
Sementara China telah berinvestasi sebesar Rp2 triliun dalam ekonomi Iran selama tahun pertama kepresidenan Raisi. Sehingga, negeri tirai bambu itu menjadi mitra dagang terbesar Iran.
Selain itu, China juga terus membeli minyak dari Iran meskipun ada sanksi dari Amerika Serikat (AS). Namun, jumlah volume pastinya, masih menjadi rahasia.