Tiga negara Sahel, Niger, Mali dan Burkina Faso, yang semuanya mengalami kudeta dalam beberapa tahun terakhir, membentuk pakta pertahanan bersama pada 16 September terhadap kemungkinan ancaman pemberontakan bersenjata atau agresi eksternal.
Ketika ketegangan meningkat, Macron mengatakan kepada Bazoum yang telah digulingkan, bahwa Prancis akan menarik dubes serta seluruh pasukannya.
Macron juga mengklaim bahwa Bazoum hanyalah korban dan tetap menjadi satu-satunya otoritas yang sah di negara tersebut.
“Dia menjadi sasaran kudeta ini karena dia melakukan reformasi yang berani. Lalu karena sebagian besar terjadi perselisihan antar etnis dan banyak kepengecutan politik,” beber Macron.
Macron mencatat bahwa kehadiran militer Prancis di Niger merupakan tanggapan atas permintaan pemerintah negara itu.
Penguasa militer Niger mengakhiri kerja sama militer dengan Prancis setelah kudeta tersebut.
Saat kudeta itu terjadi, mereka mengklaim bahwa Bazoum tidak berbuat cukup untuk melindungi negara dari pemberontakan bersenjata di bagian barat negara itu. (spm/fau)