ANDALPOST.COM — Presiden Rusia, Vladimir Putin meminta Rusia untuk kembali melakukan uji coba senjata nuklir, Kamis (5/10/2023). Hal itu memungkinkan Rusia menarik ratifikasi perjanjian larangan uji coba nuklir.
Dalam pidatonya pada hari Kamis, topik-topik seperti senjata nuklir, energi, dan perang di Ukraina juga ia singgung.
Putin mengatakan Rusia telah menguji sistem pengiriman rudal bertenaga nuklir baru, tetapi belum memutuskan apakah akan melanjutkan pengujian bahan peledak.
“Saya pikir tidak ada orang yang berakal sehat dan memiliki ingatan jernih akan berpikir untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Rusia,” kata Putin dalam pidatonya di forum pakar kebijakan luar negeri di Sochi.
Putin melanjutkan, bahwa ia mendengar seruan untuk mulai menguji senjata nuklir, untuk kembali melakukan pengujian.
“Saya belum siap untuk mengatakan apakah kami benar-benar perlu melakukan tes atau tidak,” tegasnya.
Rudal Jelajah Burevestnik
Putin mengumumkan bahwa Rusia telah secara efektif menyelesaikan pengembangan rudal jelajah Burevestnik dan rudal balistik antarbenua berat Sarmat. Lalu akan berupaya untuk memproduksinya.
“Kami berhasil melakukan uji coba terakhir rudal jelajah global bertenaga nuklir Burevestnik,” katanya.
Pernyataannya merupakan pengumuman pertama keberhasilan pengujian Burevestnik, yang diterjemahkan sebagai “Storm Petrel.” Hal ini pertama kali disebutkan oleh Putin pada tahun 2018.
Burevestnik, yang diberi nama kode Skyfall oleh NATO. Banyak pakar Barat yang skeptis terhadap hal tersebut mengklaim bahwa mesin nuklir bisa jadi sangat tidak dapat diandalkan.
Rudal ini diyakini mampu membawa hulu ledak nuklir atau hulu ledak konvensional. Lalu berpotensi bertahan lebih lama dibandingkan rudal lain dan menempuh jarak lebih jauh karena tenaga penggerak nuklir.
Pidato Putin adalah pidato terbaru pemimpin Rusia yang menggarisbawahi kemampuan nuklir negaranya. Ketika hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat masih tegang akibat perang Rusia di Ukraina.
Putin mengatakan, secara teoritis ada kemungkinan bagi Rusia untuk menarik diri dari perjanjian larangan uji coba nuklir. Di mana secara umum melarang pengujian senjata nuklir, namun belum ada keputusan pasti.
Ia pun mencatat bahwa Amerika Serikat (AS) belum menandatangani Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif.
Padahal di dalam perjanjian itu menyatakan Rusia yang meratifikasi perjanjian tersebut pada tahun 2000, dapat mengikuti langkah-langkah tersebut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.