Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Ratusan Karyawan Microsoft Khawatir, Posisinya akan Digantikan oleh AI

Ilustrasi AI dan tangan manusia | Sumber: Caltech

ANDALPOST.COM – Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat kita manusia harus beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Setiap saat, para ahli teknologi terus merancang teknologi untuk mempermudah kehidupan manusia. 

Selama ini, teknologi dibuat untuk mempermudah, sekaligus mempercepat kegiatan sehari-hari. 

Namun, beberapa tahun belakangan teknologi juga sudah merambah ke teknologi yang bisa menggantikan posisi-posisi tertentu. 

Artificial Intelligence atau AI yang dalam Bahasa Indonesia merupakan kecerdasan buatan di bidang ilmu komputer. Dikhususkan, untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia.

Antara lain, seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola.

Teknologi tersebutlah yang membuat banyak posisi di dunia yang mulai terancam digantikan oleh AI.

Riset Microsoft

Baru-baru ini, Microsoft Indonesia membuat sebuah riset yang dilempar ke ribuan karyawannya, Selasa (09/05/2023).

Dalam riset Work Trend Index 2023, terdapat 48 persen karyawan Microsoft Indonesia yang khawatir kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan pekerjaan mereka. 

Namun, riset yang sama juga menunjukkan harapan terhadap AI. Jika dulunya para karyawan senang akan adanya teknologi, kini mereka sudah takut kehilangan pekerjaan karena kecanggihan teknologi. 

Tetapi, dari riset tersebut juga diketahui bahwa ada karyawan yang akan membebankan segala pekerjaannya kepada AI. 

Hal ini, tentunya untuk mengurangi pekerjaan yang harus diselesaikan saat berada di kantor. 

“Sebanyak 4 dari 5 karyawan di Indonesia pun hendak menggunakan AI tidak hanya untuk pekerjaan administratif (84%). Tetapi, juga pekerjaan analitis (87%) dan aspek-aspek kreatif dalam pekerjaan mereka (88%),” tulis Microsoft.

Riset Microsoft Work Trend Index 2023 | Sumber: Microsoft

Di Indonesia, menurut Microsoft, 76 persen karyawan mengaku tidak memiliki cukup waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. 

Jumlah itu, diketahui 12 persen lebih tinggi dari data karyawan global di angka 64 persen.

Karena itulah, dibutuhkan inovasi yang antara lain melibatkan AI. Tidak hanya itu, karyawan juga mulai diminta untuk menyesuaikan diri.

Khususnya, dengan memiliki keterampilan analytical judgement, emotional intelligence, creative evaluation, intellectual curiosity, dan kemampuan memberikan prompt. Sehingga, ke depannya teknologi dan karyawan mampu berkolaborasi dengan cepat dan tepat. 

“Penting untuk digarisbawahi bahwa teknologi AI adalah copilot kita, bukan autopilot,” kata Microsoft dalam rilisnya.

“Pilot, yang memiliki kontrol dan tanggung jawab penuh atas final output. Serta, keputusan dalam pekerjaan tetaplah manusia,” tambahnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.