Kini, kehidupan di China kembali normal, tetapi perekonomiannya terus menunjukkan tanda-tanda berkembangnya masalah yang berbenturan dengan citra kekuatan global yang tak terbendung.
Di bawah Presiden Xi Jingping saat ini, China mengokohkan statusnya sebagai raksasa manufaktur sekaligus mengangkat penduduknya sendiri keluar dari kemiskinan.
Pada tahun 2012, produk domestik bruto negara komunis itu mencapai $8,5 triliun. Pada masa jabatan kedua Xi berakhir, tahun 2022, PDB telah meningkat menjadi $18,5 triliun, pertumbuhan yang mencengangkan lebih dari 100%.
Sebaliknya, ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 4,5% pada kuartal pertama tahun fiskal berjalan. Ini merupakan peningkatan dari tahun 2022, yang hanya melihat pertumbuhan 3%. Meski pertumbugan itu masih di bawah target 5% yang ditetapkan oleh Beijing.
Meski sudah membaik dibanding tahun sebelumnya, banyak para pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa apa yang terjadi di perekonomian China merupakan indikasi masalah yang lebih dalam. Bahkan menurut mereka segera muncul masalah yang telah lama disembunyikan oleh kepemimpinan picik negara ini. (paa/fau)