Sejak didirikan pada tahun 1999, MER-C telah melakukan misi kemanusiaan di negara-negara yang dilanda konflik. Termasuk Afghanistan, Irak, Iran, Palestina, Lebanon, Sudan, Filipina, dan Thailand.
Organisasi tersebut telah memberikan bantuan medis kepada beberapa pasien kontroversial. Termasuk Abu Bakar Bashir, ketua kelompok Jemaah Islamiyah yang terkait dengan al-Qaeda, dan sejumlah orang yang terlibat dalam aksi bom Bali sebelum mereka dieksekusi pada tahun 2008.
Rumah Sakit Indonesia juga telah menerima sumbangan lebih dari Rp1 miliar dari Front Pembela Islam, yang dilarang di Indonesia pada tahun 2020, untuk mendirikan bank darah.
Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla, secara resmi meresmikan rumah sakit tersebut. Di mana memiliki sekitar 100 tempat tidur, empat ruang operasi, dan unit perawatan intensif, pada tahun 2016.
Komunikasi Terputus
Disisi lain, pada Jumat (27/10/2023), komunikasi terputus di seluruh Gaza. Lantas menyebabkan organisasi bantuan termasuk MER-C tidak dapat menghubungi staf mereka di lapangan.
Rima Manzanaris, manajer operasional MER-C yang berbasis di Indonesia, mengatakan meningkatnya pemboman militer di Gaza dan komunikasi yang tidak merata sangat mengkhawatirkan. Terutama menyusul laporan pemboman besar-besaran di dekat rumah sakit dalam beberapa hari terakhir.
“Kami tidak dapat menghubungi ketiga relawan Indonesia di Gaza sejak sore hari tanggal 27 Oktober karena semua jaringan telepon dan WhatsApp mati,” katanya.
Manzanaris mengatakan MER-C saat ini sedang bersiap mengirimkan tim ke Mesir untuk mengumpulkan bantuan untuk didistribusikan ke rumah sakit.
“Sejak pekan lalu, tim MER-C di Gaza telah mendistribusikan bantuan yang diberikan oleh WNI dengan mencari perbekalan di Jalur Gaza, antara lain obat-obatan, pakaian paramedis, makanan siap saji, perlengkapan musim dingin, dan bahan bakar genset di Gaza,” jelas dia. (spm/ads)