Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Rusia Amankan Reporter AS karena Diduga jadi Mata-mata

Gershkovich (31) ialah seorang jurnalis Wall Street Journal yang dituduh Rusia sebagai mata-mata. (The Andal Post/Eeza Putri)

Selain meningkatkan konflik diplomatik Moskow dengan AS, kasus Gershkovich juga semakin membuat ngeri para jurnalis asing yang masih bekerja di Rusia.

Penangkapan Gershkovich sebagai wujud serangan frontal terhadap semua koresponden asing yang masih bekerja di Rusia.

Sejak meluncurkan invasi pada tahun lalu, Moskow melarang seluruh outlet berita independen Rusia, tetapi terus mengakreditasi beberapa wartawan asing.

Terlebih, undang-undang yang berlaku sangat membatasi para jurnalis untuk mengkritik perang antara Rusia dan Ukraina.

Penangkapan dan Keuntungan

Selain menangkap seorang jurnalis yang diklaim sebagai mata-mata, Rusia kini juga tengah merayakan keuntungan atas serangan di dalam kota Bakhmut.

Ilustrasi tentara Ukraiana tengah melakukan serangan bagi pasukan Rusia.
(Foto: (AP PHOTO/LIBKOS)

Kota pertambangan kecil Bakhmut memang menjadi tempat pertempuran infanteri paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, dengan pasukan Rusia mengincar kemenangan pertama mereka sejak pertengahan 2022 lalu.

Meski selama hampir lima bulan Ukraina bersikap defensif, namun Kyiv tengah mempersiapkan serangan balasan.

“Pasukan musuh cukup berhasil dalam tindakan mereka yang ditujukan untuk menyerbu kota Bakhmut,” kata Staf Umum angkatan bersenjata Ukraina.

“Pembela kami menguasai kota dan memukul mundur banyak serangan musuh,” imbuhnya.

Namun, laporan tersebut enggan merinci keuntungan apa saja yang diperoleh Rusia.

Institute for the Study of War think tank mengatakan, pasukan Rusia dan tentara bayaran Wagner telah merebut wilayah di selatan dan barat daya kota selama dua hari terakhir.

Selain itu, pada pekan ini, Wagner berhasil menduduki pabrik logam di wilayah utara.

Kemudian, pasukan Rusia bergerak perlahan ke Bakhmut.

Padahal, Februari lalu, Rusia terlihat akan meninggalkan kota tersebut.

Namun, negara yang dipimpin Vladimir Putin itu justru memutuskan untuk tetap tinggal dan berjuang untuk menguasai Bakhmut.

“Bakhmut tetap menjadi pusat aktivitas militer. Di sana masih terus panas,” terang Serhiy Cherevatyi, seorang juru bicara militer Ukraina. (spm/ads)