“Kita tahu smelter-smelter banyak berinvestasi di Indonesia. Apa keuntungan yang didapatkan pemerintah. Pajaknya berapa, lapangan kerja dibuka berapa, apa nilai tambah keberadaan smelter China bagi Indonesia.”
“Karena kita lihat, kalau kita pulang terbang di bandara malam-malam Pak Bahlil terutama di terminal 2, saya kalau landing malam itu sering dengan TKA-TKA dari China, mereka ramai satu pesawat. Ini jadi pertanyaan publik dan harus dijawab,” pungkas Andre.
Serbuan TKA Cina tentu akan berdampak pada tenaga kerja masyarakat Indonesia. Serapan lapangan kerja yang diharapkan dengan adanya larangan ekspor meningkat justru akan jalan di tempat.
TKA yang ahli dan profesional memang dibutuhkan, namun hal tersebut hanya berlaku untuk beberapa posisi saja.
Sedangkan untuk pekerjaan teknis yang biasanya punya daya serap kerja yang banyak, sehingga berpotensi harus di isi oleh masyarakat Indonesia.
Jangan sampai hirilisasi ini menjadi program mentah yang justru hanya menjadi masalah besar di masa depan. (pam/fau)