Tak hanya itu, China juga rutin mengirim pesawat tempur dan kapal angkatan laut ke Taiwan. Sebagai bagian dari taktik untuk mengintimidasi pemerintahan demokratis pulau itu.
Namun, Taiwan mulai mempersiapkan diri jika China melakukan agresi layaknya Rusia ke Ukraina.
Meski begitu, hingga kini pemerintah Taiwan belum mengkritik China secara langsung.
“Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa China menghancurkan ini dengan sengaja,” terang ahli pertahanan di Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional, Su Tzu-yun.
“Taiwan perlu menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk memperbaiki dan melindungi kabel,” tegasnya.
Menghadapi Kesulitan
Dua kabel internet tersebut memiliki lebar berkisar 20-30 mm. Terbungkus pelindung baja di perairan dangkal yang kemungkinan besar akan menabrak kapal.
Kendati terbungkus pelindung baja, kabel dapat dipotong dengan mudah oleh kapal dan jangkar atau kapal penangkap ikan yang menggunakan jaring baja.
“Meski begitu tingkat kerusakan ini sangat tidak biasa untuk sebuah kabel, bahkan di perairan dangkal Selat Taiwan,” ujar kepala ilmuwan di Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik, Geoff Huston.
Terputusnya sambungan internet membuat pemilik kedai kopi Chiu Sih-chi mengalami kesulitan untuk membawa anak balitanya bertemu dengan dokter.
Lantaran, Chiu harus membuat janji temu terlebih dahulu.
Sementara seorang pemilik toko sarapan mengatakan bahwa dia kehilangan ribuan dolar dalam beberapa minggu terakhir. Sebab sebelumnya ia kerap menerima pesanan online.
Menghadapi kesulitan yang tidak biasa, penduduk Kepulauan Matsu pun giat menemukan segala macam cara untuk mengatur kehidupan mereka.
Beberapa penduduk menyeberang ke pantai lain untuk membeli kartu SIM dari China. Meskipun itu hanya berfungsi dengan baik di tempat yang lebih dekat ke pantai China.
Selain itu, Chunghwa Telecom juga telah menyiapkan transmisi gelombang mikro sebagai cadangan bagi para warga.
Sementara, disiarkan dari Yangmingshan, sebuah gunung di luar Taipei, ibu kota Taiwan, relai memancarkan sinyal sekitar 200 km ke Kepulauan Matsu.
Alhasil, sejak pekan lalu, warga merasa kecepatan internet jauh lebih baik. (spm/ads)