Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Sekjen PBB Desak Rusia Menilik Ulang Kesepakatan Laut Hitam

Sekjen PBB Antonio Guterres (Foto: Kyodo via Reuters)

Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam ditengahi oleh AS dan Turki setahun lalu untuk memerangi krisis pangan global yang diperburuk oleh invasi Rusia pada Februari 2022 ke Ukraina.

Rusia serta Ukraina sama-sama dikenal sebagai pengekspor biji-bijian andal di dunia. Ekspor biji-bijian Rusia meningkat sejak perang, tetapi pupuk berbasis amonia dan potasiumnya turun drastis.

“Saya tetap berkomitmen untuk memfasilitasi akses tanpa hambatan ke pasar global untuk produk makanan dan pupuk dari Ukraina dan Federasi Rusia serta memberikan ketahanan pangan yang layak didapatkan setiap orang,” terang Guterres.

Awal Mula Kesepakatan

Pada tahun lalu, pelabuhan Laut Hitam Ukraina pun diblokade oleh kapal perang. Sehingga muncul kesepakatan biji-bijian atau dikenal sebagai kesepakatan Laut Hitam.

Rusia mengklaim kapal yang pergi ke Ukraina merupakan bagian dari agresi.
(Foto: REUTERS/Umit Bektas)

Kesepakatan tersebut membuka kembali pelabuhan untuk ekspor biji-bijian Kyiv ke pasar global. Sayangnya, pada minggu lalu, Rusia memilih mundur dari kesepakatan itu.

Lantaran ekspor makanan serta pupuk Rusia yang merosot tajam. Namun tak hanya itu, baik Rusia serta Ukraina menggunakan koridor biji-bijian Laut Hitam untuk tujuan tempur.

Mundurnya Rusia dari kesepakatan itu tak pelak menimbulkan kecaman secara internasional. Sebab menghidupkan kembali ketakutan akan kenaikan harga pangan serta gandum.

Terlebih, negara-negara di Afrika sangat bergantung pada biji-bijian Ukraina. Kendati begitu, Presiden Vladimir Putin dengan tegas mengatakan tidak akan kembali dalam kesepakatan Laut Hitam tersebut. (spm/ads)