“Ini membuat lebih sulit untuk menemukan solusi, tetapi solusi itu harus didasarkan pada hukum internasional dan perlu menghormati integritas teritorial. Saya tidak melihat kondisi untuk itu terjadi dalam waktu dekat,” terang Guterres.
Ia mengungkapkan bahwa PBB telah membantu mendapatkan dukungan Kyiv dan Moskow. PBB telah mengirimkan biji-bijian dan pupuk yang sangat dibutuhkan ke negara-negara yang menghadapi kerawanan pangan.
Hingga kini, sebanyak 17,8 juta ton komoditas telah dikirim melalui Black Sea Grain Initiative, ke negara-negara termasuk Afghanistan, China, Israel, Kenya, dan Tunisia.
Bahan-bahan seperti tepung atau minyak jagung, gandum, dan bunga matahari dikirim dalam jumlah terbesar.
PBB Berkomitmen untuk Perdamaian
PBB dengan tegas mengatakan akan terus berkomitmen untuk perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Guna merealisasikan hal itu, perwakilan PBB di Ukraina dan Rusia tetap berada di beberapa titik demi kepentingan perdamaian.
Langkah tersebut juga termasuk membahas pertukaran tawanan perang dengan kedua belah pihak. Hal ini mendukung pekerjaan Badan Energi Atom Internasional PBB (IAEA) dalam upayanya mengamankan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang dilanda bencana.
“Kami melakukan semua yang kami bisa, untuk membatasi kerusakan, untuk mengurangi penderitaan, dipandu oleh prinsip ganda hukum internasional dan integritas wilayah,” imbuh Guterres.
Dia juga menyebut dunia tengah menghadapi tingkat perpecahan geopolitik paling parah dalam beberapa generasi.
Sehingga, dibutuhkan kontribusi dari negara lain untuk menjembatani perpecahan dan memulihkan kerja sama guna memajukan perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan hak asasi manusia. (SPM/FAU)