Sejarah
Festival Payung Indonesia telah ada sejak tahun 2014 silam. Fespin pertama kali digelar di Taman Balekambang, Solo, Jawa Tengah, pada 28-30 November 2014.
Kala itu, bisnis kerajinan payung tradisional di seluruh daerah di Indonesia tengah memburuk. Sehingga, Kementerian Pariwisata melalui Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya mencetuskan acara tersebut.
Harapannya agar Fespin dapat mendorong perajin payung serta pelaku industri ekonomi kreatif lainnya. Selain itu, acara tersebut juga diharapkan mampu membantu pelestarian payung tradisional asli Indonesia yang terancam punah.
Tak hanya itu, dengan adanya Fespin juga diharapkan dapat menjadi wadah lahirnya karya seni dengan menggunakan payung.
Lantaran sukses menarik perhatian masyarakat, Festival Payung Indonesia kemudian menjadi acara rutin yang selalu digelar setahun sekali.
Satu tahun setelah pertama kali digelar atau pada 2015, Festival Payung kembali diselenggarakan di Taman Balekambang.
Saat itu, Fespin mengangkat tema “Payung Lahir Kembali dalam Kebaruan Artistik Visual.”
Dalam Fespin 2105 itu semakin banyak seniman serta perajin payung yang turut terlibat.
Kala itu, ada sekitar 13 daerah yang turut meramaikan acara tersebut. Termasuk Bau Bau, Pulu, Kuantan Singingi, Padang Panjang, Bengkulu, Jakarta. Juga Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Klaten, Bandung dan Tasikmalaya.
Tak hanya itu, negara tetangga seperti Jepang, Tiongkok, dan Thailand juga turut meramaikan acara Festival Payung Indonesia. (spm/ads)