Para penulis penelitian mengatakan, faktor terbesar penyebab penurunan tanah di sejumlah kota di dunia diakibatkan penggunaan air tanah yang masif.
Selain itu, wilayah kota yang ditinggali oleh banyak penduduk dan areal industrial sangat mudah untuk mengalami kerusakan lingkungan. Juga aktivitas yang over exploitation terhadap sumberdaya alam.
Tak ketinggalan, masalah perencanaan tata ruang kota yang kurang baik, juga bisa menjadi risiko penurunan tanah di wilayah tersebut atau proyek yang besar seperti reklamasi.
Meski tidak bisa menaikkan kembali permukaan tanah, kota-kota ini bisa menekan laju penurunan tanah. Caranya dengan memperbaiki tata kota dan penggunaan air tanahnya.
Kebijakan Pemerintah
Sebenarnya, pemerintah Indonesia juga sudah mengambil langkah serius dengan menjalankan sejumlah kebijakan.
Salah satu tindakan Indonesia untuk menanggulangi masalah ini adalah dengan ibukota negara.
Hal lainnya mencakup pembangunan bendungan guna pemasokan air minum ke wilayah barat Jakarta dan Tangerang.
Untuk memperkirakan laju kenaikan permukaan laut yang terjadi di sepanjang ribuan bagian garis pantai di seluruh dunia, juga telah dikumpulkan data dari empat sumber utama.
Robert Nicholls dari Tyndall Center for Climate Change Research di University of East Anglia mengatakan, ada banyak data yang dipakai dan bukan sekadar ramalan untuk penelitian dalam Jurnal Natural Climate.
“Kami berbicara bukan tentang ramalan; kami mengatakan ini sedang terjadi hari ini,” kata Robert.
Sumber data tersebut ialah pengamatan satelit oleh perubahan iklim dan perkiraan model tentang kondisi dari zaman es terakhir.
Lalu data penurunan alami di 117 delta sungai, serta perkiraan penurunan muka tanah yang disebabkan oleh manusia di 138 kota besar pesisir. (azi/ads)