ANDALPOST.COM — Serangan udara terhadap tempat penampungan PBB padat pengungsi di Jabalia di Gaza Utara menelan 80 korban jiwa, Sabtu (18/11/2023).
Serangan tersebut berbarengan dengan rencana Israel untuk memperluas operasi ke Gaza selatan guna memperdalam ketakutan bagi ratusan warga sipil yang mencari perlindungan di sana.
Menggarisbawahi pengingat bahwa tidak ada tempat yang aman bagi warga sipil Gaza, serangan udara di luar kota selatan Khan Younis menewaskan sedikitnya 26 orang pada Sabtu dini hari.
Rumah sakit terbesar di Gaza Utara, al-Shifa, mengosongkan semua pasien kecuali 120 orang paling rentan dan lima dokter yang merawat mereka.
Ketika bom terus berjatuhan, daerah tersebut hanya memiliki sumber daya medis dasar untuk korban baru.
Setidaknya 50 orang tewas dalam serangan fajar terhadap sebuah sekolah yang dikelola PBB di kamp Jabalia. Lalu serangan terhadap gedung lain di sana menewaskan 32 anggota satu keluarga.
Setidaknya 19 di antaranya adalah anak-anak, kata pejabat dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Lebih dari 20 jenazah yang dijajarkan dan dibungkus dengan kain berlumuran darah terlihat dalam foto yang diambil di luar rumah sakit Indonesia. Para pejabat PBB pun mengutuk kematian tersebut.
“Tempat penampungan adalah tempat yang aman. Sekolah adalah tempat untuk belajar. Berita tragis mengenai anak-anak, perempuan dan laki-laki yang terbunuh saat berlindung di sekolah al-Fakhouri di Gaza utara,” kata Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths pada X.
“Warga sipil tidak dapat dan tidak seharusnya menanggung hal ini lebih lama lagi,” imbuhnya.
Militer Israel yang telah memperingatkan warga Jabalia untuk pergi melalui postingan media sosial dalam bahasa Arab, menolak berkomentar ketika ditanya tentang serangan tersebut.
Selama berminggu-minggu, Israel pun telah mendesak warga sipil di dalam dan sekitar Kota Gaza untuk menuju ke selatan guna melindungi diri mereka sendiri.
Pekan lalu, untuk pertama kalinya militer Israel mendesak warganya meninggalkan daerah di selatan, di sekitar kota Khan Younis. Di mana banyak penduduknya yang baru saja mengungsi dari utara.
Sekelompok petugas medis, pasien, dan pengungsi berjalan keluar dari rumah sakit al-Shifa, yang terbesar di Gaza, tempat pasukan Israel menghabiskan hari keempat mencari bukti adanya pusat komando bawah tanah Hamas.
Penampungan
Otoritas Hamas pun mengklaim militer Israel memerintahkan semua orang untuk meninggalkan rumah sakit.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka memfasilitasi evakuasi yang diminta oleh staf medis.
Mereka yang berjalan ke selatan di bawah pengawasan ketat tentara Israel, melewati reruntuhan bangunan, di sepanjang jalan yang hancur karena senjata.
Tempat penampungan pun penuh sesak, persediaan makanan dan air sangat sedikit.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.