Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Serangan Udara Israel Tewaskan 80 Orang di Kamp Pengungsi Palestina

Asap mengepul menyusul serangan udara Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 18 November 2023, di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Foto: Kata Khatib/AFP)

PBB pun telah memperingatkan bahwa warga Palestina menghadapi bencana kelaparan, penyebaran penyakit menular, dan perang di sana diperkirakan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang.

Ketika pesawat Israel menyerang Gaza utara pada awal perang, dan pasukan bersiap masuk, Israel mendesak warga sipil untuk pindah ke selatan lahan basah Wadi Gaza demi keselamatan mereka sendiri.

Meskipun ada risiko dalam perjalanan, dan kepadatan yang parah di tempat penampungan serta rumah-rumah pribadi, ratusan ribu orang mengikuti perintah tersebut.  

Sekitar 1,6 juta orang mengungsi, lebih dari dua pertiga populasi, kata PBB.

Setelah 40 hari perang, 3.676 orang terbunuh di wilayah selatan yang dinyatakan lebih aman oleh Israel.

Kini banyak dari orang-orang yang masih hidup telah diminta untuk pindah lagi, dan berjalam di wilayah yang lebih kecil di sepanjang pantai, di sekitar kota Mawasi.

“Mereka meminta kami, warga Gaza, pergi ke selatan. Kami pergi ke selatan. Sekarang mereka meminta kami pergi. Kemana kita pergi?” ucap Atya Abu Jab, salah satu pengungsi.

Serangan Tanpa Henti

Pada Sabtu pagi, bom menghantam blok bertingkat di Hamad City, sebuah kawasan perumahan kelas menengah di Khan Younis, menewaskan 26 orang dan melukai 23 lainnya.

Beberapa mil ke utara, enam warga Palestina tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di kota Deir Al-Balah.

Eyad al-Zaeem pun kehilangan bibinya, anak-anak dan cucu-cucunya. Padahal meeka telah menuruti perintah Israel untuk meninggalkan Gaza utara.

“Mereka semua menjadi martir. Mereka tidak ada hubungannya dengan perlawanan (Hamas),” kata Zaeem di luar kamar mayat Rumah Sakit Nasser.

Kepala Juru Bicara Militer Israel, Laksamana Daniel Hagari, mengatakan pasukannya akan menyerang Hamas berada, termasuk di selatan jalur tersebut.

“Kami bertekad untuk memajukan operasi,” tegasnya.

Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu dalam sebuah wawancara pekan lalu mengatakan perang memakan banyak korban jiwa. Namun, menyalahkan Hamas atas kematian tersebut. 

“Itulah yang kami coba lakukan: meminimalkan korban sipil. Namun sayangnya, kami tidak berhasil,” ujar Netanyahu.

Meski begitu, tidak jelas kemana warga sipil akan pergi untuk menghindari pertempuran jika konflik semakin meningkat di wilayah selatan.

Gaza sudah berpenduduk padat sebelum pertempuran dimulai, yang dipicu pada tanggal 7 Oktober oleh serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

Wilayah seluas 365 kilometer persegi adalah rumah bagi 2,3 juta jiwa. Kini wilayah utara sebagian besar sudah kosong. Juga sebagian besar orang berada di wilayah selatan, di rumah-rumah pribadi atau tempat penampungan PBB yang penuh sesak. (spm/ads)