ANDALPOST.COM – Tim sains dari Universitas Rockefeller melakukan penelitian terhadap ketertarikan nyamuk terhadap manusia. Penelitian ini berfokus kepada daya tarik nyamuk terhadap jenis dan tingkat keasaman karbon pada kulit.
Jurnal penelitian ini dipublikasikan melalui laman sciencedaily.com pada (27/10/2022).
Peneliti yang tergabung dalam studi ini adalah Maria Elena De Obaldia, Takeshi Morita, Laura C. Dedmon, Daniel J. Boehmler, Caroline S. Jiang, Emely V. Zeledon, Justin R. Cross, dan Leslie B. Vosshall. Karya ilmiah mereka berjudul “Daya Tarik Nyamuk yang Berbeda Terhadap Manusia Terkait Kadar Asam Karboksilat yang Diturunkan dari Kulit”.
Tulisan ilmiah tersebut dipublikasikan melalui Cell pada September 2022. Mereka mencoba mencari tahu alasan kenapa beberapa orang lebih sering digigit nyamuk dibanding dengan yang lain.
Golongan darah, tingkat gula dalam darah, konsumsi bawang dan pisang, jenis kelamin, dan umur adalah faktor utama yang populer dikalangan para ilmuwan.
Teori-teori yang sering diangkat tersebut seringkali dikait-kaitkan dengan daya tarik nyamuk untuk menggigit seseorang. Namun pada kenyataannya, hanya ada sedikit data kredibel yang bisa diberikan dari teori tersebut.
Inilah alasan kenapa Maria Elena De Obaldia, mantan postdoc di laboratorium, bersama dengan teman-temannya, termasuk Leslie Vosshall, ketua Laboratorium Neurogenetics dan Behavior di Universitas Rockefeller melakukan penelitian ini.
Hasil Penelitian antara Bau Tubuh dan Kulit
Mereka ingin mencari tahu lebih jauh tentang keterkaitan antara variasi bau tubuh manusia dengan mikrobiota di kulit. Mereka mencoba untuk mendemonstrasikannya melalui penelitian asam lemak dari parfum yang nyamuk sukai.
“Ada hubungan kuat antara asam lemak di kulit dengan daya tarik nyamuk,” kata Vosshall yang juga merupakan ketua Ilmuwan di Institut Medis Howard Hughes.
Ada dua jenis bau yang bisa nyamuk deteksi secara andal dari manusia. Dua bau tersebut bisa dideteksi melalui dua set reseptor bau yakni reseptor Orco dan IR.
Dalam penelitian ini, para peneliti ingin melihat apakah nyamuk yang kehilangan salah satu atau kedua reseptor itu tetap tertarik dengan manusia yang memiliki asam lemak tinggi. Hasilnya, ternyata sama sekali tidak terpengaruh.
“Tujuannya yaitu agar nyamuk tidak tertarik lagi dengan manusia,” ucap Vosshall.
“Tapi hasilnya tidak seperti yang dibayangkan. Agak frustasi sebenarnya,” sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.