ANDALPOST.COM – Rencana Shell untuk potong produksi minyak setiap tahunnya selama sisa dekade ini tidak jadi dijalankan.
Tadinya, rencana ini dibuat untuk menjalankan perubahan untuk menentukan target produksi bahan bakar fosil.
Selain itu, rencana ini juga dirancang untuk meningkatkan pembayaran kepada pemegang saham di bawah CEO barunya.
Sebelumnya, Shell pernah mengatakan bahwa perusahaan akan memangkas produksinya sebanyak 1-2% setiap tahun.
Pertanyaan ini pernah diumumkan pada strateginya di tahun 2021, “Pengurangan produksi minyak secara bertahap sekitar 1-2% setiap tahun, termasuk divestasi dan penurunan alami.”
Pengumuman Shell
Namun, pada Rabu (14/6/2023), perusahaan minyak FTSE 100 itu mengumumkan bahwa produknya akan tetap stabil hingga 2030.
Shell tidak jadi menginvestasikan antara $10 dan $15 miliar untuk produk “rendah karbon”, melainkan mereka akan investasi sebanyak $40 miliar untuk produksi minyak dan gas antara tahun 2023 dan 2025.
Pada bulan September, Wael Sawan diangkat menjadi kepala eksekutif Shell, menggantikan posisi Ben Van Beurden.
Sebelumnya, Beurden pernah menetapkan target untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050. Meskipun, hanya dilakukan dengan mengurangi produksi bahan bakar fosil secara bertahap.
Penetapan oleh Beurden ini mengakibatkan para aktivis dan investor terkejut.
Sebaliknya, ketika Sawan mengambil alih, ia justru lebih menekankan kepada keuntungan finansial bagi investor.
Alasan ia melakukan ini adalah karena ia ingin menghargai para pemegang sahamnya.
“Menghargai pemegang saham kami hari ini dan jauh di masa depan,” ucapnya.
Meskipun dirinya mengatakan bahwa ia ingin menurunkan emisi, ia juga berulang kali menekankan keyakinannya bahwa kebutuhan minyak dan gas akan bertahan untuk jangka panjang.
Pembaruan strategi oleh Sawan ini disampaikan di New York. Dimana, ia menyatakan bahwa Shell akan fokus pada pemotongan biaya dan menargetkan area yang paling menguntungkan.
Berdasarkan pernyataan Shell pada 2021 mengenai pemotongan produksi sebanyak 1-2% per tahunnya, kini Shell berargumen pada Rabu kemarin, bahwa strategi tersebut bukan merupakan komitmen untuk terus memangkas produksi minyak.
Juru bicara Shell mengatakan bahwa hingga kini, Shell masih berupaya untuk mengurangi produksi minyak pada tahun 2030.
“Target kami untuk mengurangi produksi minyak pada tahun 2030 tidak berubah. Kami baru bertemu delapan tahun lebih awal,” ucapnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.