ANDALPOST.COM – Filipina dan Amerika Serikat (AS) akan mengadakan latihan militer gabungan terbesar mereka. Sehari, setelah China menyelesaikan latihan militer mereka di sekitar Taiwan, Selasa (11/04/2023).
Diketahui, selama tiga hari, militer China berlatih untuk memblokade Taiwan. Ini dapat dilihat, sebagai tanggapan mereka atas pertemuan pemimpin Taiwan dengan Ketua DPR AS pekan lalu.
Tentunya, AS mengkritik tampilan kekuatan China itu, sebagai sesuatu yang tidak proporsional.
Pejabat Filipina dan AS mengatakan latihan gabungan yang sudah direncanakan sebelumnya itu, menunjukkan komitmen mereka. Khususnya, terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik yang terbuka dan bebas.
Alhasil, AS mengumumkan bulan lalu, bahwa latihan gabungan ‘Balikatan’ tahunan mereka dengan Filipina akan menjadi yang terbesar yang pernah mereka lakukan.
Dilaporkan, latihan itu akan melibatkan lebih dari 17.000 tentara, termasuk 12.200 dari AS sendiri.
Selain itu, Balikatan direncanakan akan berjalan selama dua minggu, di mana kedua militer tersebut juga melakukan latihan untuk meledakkan sebuah kapal perang.
Diduga, sasaran tiruan kapal itu berada di Laut China Selatan. Hal ini, tentunya merupakan langkah yang dapat menimbulkan kemarahan China.
Kesepakatan Pertahanan AS dengan Filipina
Pada bulan Februari, AS membuat sebuah perjanjian pertahanan baru dengan Filipina, di mana empat pangkalan militer akan didirikan.
Diketahui, pangkalan-pangkalan tersebut berlokasi di pulau-pulau Filipina yang dekat dengan perairan yang di-sengketa.
Tiga dari pangkalan ini berada di utara Pulau Luzon, bagian daratan terdekat ke Taiwan selain China.
Alhasil, perairan di sekitar Filipina dan di Laut China Selatan dikategorikan sebagai wilayah yang penting, karena memiliki beberapa rute perdagangan paling berharga di dunia.
Area itu pun, telah menjadi subjek klaim teritorial yang disengketakan oleh China dalam beberapa tahun terakhir.
Tidak hanya AS dan Filipina saja, beberapa negara di kawasan Indo-Pasifik ini juga akan berpartisipasi dalam latihan Balikatan, yang direncanakan berlangsung hingga 26 April mendatang.
Antara lain, Australia sendiri telah mengirim sekitar 100 tentaranya.
Diketahui, fokus latihan Balikatan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, yang mencerminkan pergeseran masalah geo-keamanan di wilayah tersebut.
Namun, ekspansi militer China yang cepat, dan klaim atas wilayah di Laut China Selatan yang disengketakan. Khususnya, di beberapa pulau Filipina, telah memicu tanggapan yang lebih luas.
Sengketa Laut China Selatan dan Taiwan
Pada hari Senin, ketika China menyelesaikan latihan militernya, di mana ia mengerahkan jet tempur dan kapal induk miliknya di sekitar Taiwan.
AS sendiri, mengirim kapal perusak (destroyer class warship) angkatan laut miliknya, melalui Laut China Selatan dengan alasan misi kebebasan navigasi.
Diketahui, nama kapal perusak itu, USS Milius melewati Kepulauan Spratly, yang terletak di zona ekonomi eksklusif Filipina, tetapi diklaim oleh Beijing.
Tentunya, China tidak menerima tindakan AS itu yang mengirim kapalnya di sekitar area tersebut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.