ANDALPOST.COM – Tahun 1914 merupakan tahun dimana dolar AS dicetak. Pencetakan ini dilakukan satu tahun setelah dibentuknya Federal Reserve (The Fed), sebagai bank sentral yang pendiriannya dilakukan berdasarkan Undang-Undang Federal Reserve tahun 1913.
UU pembentukan The Fed ini merupakan bentuk respon dari adanya ketidakpastian sistem mata uang (yang saat itu digunakan) yang masih berdasarkan uang terbitan perbankan secara individual.
Sejarah Dolar AS
Kala itu, Inggris merupakan negara di mana sebagian besar transaksi dilakukan dan merupakan pusat perdagangan dunia. Akan tetapi, Amerika Serikat memiliki kondisi ekonomi terkuat di dunia.
Sejarah dolar AS menjadi mata uang cadangan di dunia dimulai setelah tiga dekade dilakukannya pencetakan uang tersebut.
Untuk menstabilkan mata uang, sebagian besar negara maju menyimpan cadangan emas. Namun pada Perang Dunia I, ada banyak negara yang meninggalkan standar emas ini agar dapat membayar peralatan militer dengan uang kertas, dan hal ini berdampak pada nilai mata uang mereka.
Pada saat yang bersamaan, Inggris yang masih menggunakan standar emas untuk menjaga kekuatan ekonomi mereka dan saat itu mata uangnya masih memimpin dunia. Sehingga, mau tidak mau selama tiga tahun perang berjalan, negara ini harus meminjam uang untuk pertama kalinya.
Momen Dolar AS Menjadi Mata Uang Internasional
Di sinilah peranan dolar AS mulai. Karena pada saat itu, Amerika Serikat berperan sebagai debitur untuk banyak negara yang ingin membeli obligasi berdenominasi dolar AS.
Hal ini memaksa Inggris untuk meninggalkan standar emasnya pada 1931, dan menyebabkan banyak pedagang dunia yang menggunakan poundsterling kewalahan.
Sejak saat ini, dolar AS menggantikan pounds sebagai mata uang cadangan internasional.
Atas hal ini, negara-negara maju pun melakukan pertemuan di Bretton Woods, New Hampshire untuk mematok nilai tukar mereka kepada dolar AS. Karena pada saat itu, Amerika Serikat merupakan negara pemegang cadangan emas terbesar di dunia.
Perjanjian inipun yang kemudian mengizinkan negara-negara untuk mematok nilai tukar mereka dengan dolar AS, bukan lagi dengan emas.
Selain itu, banyak juga negara yang membutuhkan tempat untuk menyimpan dollar AS. Maka dari itu, banyak dari negara-negara tersebut mulai membeli obligasi pemerintah AS, karena menurut mereka ini merupakan cara aman untuk menyimpan uang.
Belum lagi, mengingat bahwa adanya potensi kegagalan Amerika Serika dalam membayar utang negaranya.
Dampak Bagi Indonesia
Meskipun begitu, apakah hal ini berdampak pada keuangan Indonesia, khususnya pada nilai mata uang Rupiah pada Dolar AS?
Pada konferensi pers yang bertajuk ‘Ekonomi Indonesia di Tengah Pusaran Risiko Gagal Bayar Utang Amerika’ yang diselenggarakan secara daring, Abdul Manap Pulungan sebagai Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Developmen of Economis and Finance (Indef) menjelaskan efek dari hutang AS terhadap Indonesia.
“Potensi gagal bayar utang AS ini bersifat temporer, tidak berdampak jauh karena yang terpengaruh adalah sektor keuangan,” ujarnya.
Ia pun menjelaskan bahwa adanya hal ini, tidak berdampak secara signifikan kepada Indonesia.
“Apabila AS tidak dapat membayar utangnya, tentu saja kondisi ini dapat bertambah buruk meski tidak signifikan ke Indonesia,” tambahnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.