Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Studio Musik Lokananta Solo Direvitalisasi untuk Sentra Kreativitas

Studio Musik Lokananta Solo Direvitalisasi untuk Sentra Kreativitas
Erick Thohir di Studio Lokananta | Sumber: Indonesia.go.id

ANDALPOST.COM – Studio rekaman musik Lokananta dikabarkan tengah dalam proses revitalisasi guna mendukung kreativitas musisi nusantara dan menjadi media bagi UMKM. 

Studio rekaman tersebut merupakan studio legendaris yang berlokasi di Jl Ahmad Yani nomor 387, Solo, Jawa Tengah.

Nama Lokananta sendiri diketahui tidak asing lagi bagi kalangan penggemar musik pada era 1960an hingga 1990an.

Di dalam studio tersebut juga terdapat sebuah ruangan yang menyediakan compact disk (CD) yang merupakan kaset alihan dari media piringan hitam. 

Selain itu, dalam studio tersebut juga terdapat rekaman lagu-lagu artis pop legendaris. 

Sederet rekaman lagu-lagu Koes Plus, The Steps, Waldjinah, dan penyanyi era 90an lainnya masih tersedia di sana. 

Koleksi Studio Lokananta

Kemudian, dalam studio tersebut juga terdapat ruangan koleksi dari mesin-mesin yang sering digunakan pada proses rekaman di jaman dahulu. 

Studio Musik Lokananta Solo Direvitalisasi untuk Sentra Kreativitas
Gedung Studio Lokananta | Sumber: Pemerintah Kota Surakarta

Lebih lanjut, studio tersebut juga memiliki ruangan yang penuh dengan mesin yang beragam. 

Ruangan tersebut diketahui sebagai koleksi mesin seperti quality control keluaran tahun 1980, pattern generator keluaran tahun 1980, mesin pemotong pita tahun 1980, VHS Video Recorder tahun 1990. 

Selain itu, juga ada pemutar piringan hitam keluaran tahun 1970, dan power amplifier keluaran tahun 1960.

Berdasarkan keterangan dari situs resmi pemerintah Indonesia, beberapa kaset VHS (Video Home System) yang menjadi koleksi studio tersebut berisi rekaman pertunjukkan seni ketoprak. 

Seni tersebut merupakan karya seni yang disiarkan di TVRI pada zaman dahulu. 

Kaset tersebut juga dijejerkan di sebelah televisi bermerek Sony dan di atas pemutar VHS bermerek National. 

Tidak hanya itu, berbagai macam piringan hitam dan mesin pemutar keluaran London dan Swiss diketahui masih dapat diputar dan digunakan. 

Menurut laporan, saat ini terdapat 53 keping piringan hitam yang masih tersimpan dan terjaga di Studio Lokananta. 

Pada awalnya, piringan hitam tersebut merupakan produk-produk yang akan dijual. Tetapi, hal tersebut dialihkan menjadi koleksi yang tidak akan dijual. 

Dengan banyaknya mesin-mesin antik dan bersejarah di dalam studio tersebut, pemerintah Indonesia telah mengupayakan agar studio Lokananta dapat menjadi media kreativitas anak bangsa. 

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya pelestarian terhadap koleksi-koleksi studio Lokananta. 

Upaya tersebut dimulai dengan melakukan perekaman ulang dalam bentuk digital. Hal ini dikarenakan, studio rekaman itu telah memproduksi dan menduplikasi piringan hitam sejak awal berdiri. Namun telah berkembang menjadi audio kaset. 

Oleh karena itu, inisiasi pemerintah Indonesia untuk merekam ulang dalam bentuk digital merupakan upaya untuk mengikuti perkembangan jaman.

Alasan Revitalisasi

Selain itu, keputusan untuk melestarikan studio tersebut juga lantaran studio Lokananta merupakan perusahaan rekaman pertama dan terbesar di Indonesia sejak tahun 1956.

Studio Lokananta juga disebut sebagai “Titik Nol” musik Indonesia dan sempat mengalami masa kejayaan pada tahun 1970 hingga 1980an yang menyoroti sejumlah pemusik legendaris Indonesia seperti Gesang, Waldjinah, Bing Slamet, Titiek Puspa, dan Sam Saimun. 

Dari rekaman sejarah, studio tersebut dibangun atas inisiatif Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI) R Maladi bersama dengan Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero pada tahun 1956.

Tujuan dibangunnya studio Lokananta itu juga untuk merekam materi siaran yang kemudian akan disiarkan di RRI dalam bentuk piringan hitam.

Lebih lanjut, arsip-arsip dari pidato kenegaraan Soekarno juga tersimpan dalam koleksi. 

Dengan banyaknya nilai sejarah di Studio Lokananta, Menteri BUMN Erick Thohir turut berpartisipasi dalam melakukan revitalisasi. 

“Saya mengunjungi Lokananta tahun lalu, dan sangat prihatin dengan kondisi Lokananta. Padahal nilai historis dan kekayaan intelektual di Lokananta sangat potensial untuk diberdayakan. Melalui program optimalisasi asset-aset yang ada di BUMN, Lokananta kita revitalisasi agar dapat memberikan manfaat dan dampak bagi masyarakat,” kata Erick Thohir dalam wawancaranya pada Minggu, (23/7/2023). 

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.