Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Kebijakan Baru Unilever Memperbolehkan Karyawan Rusia Wajib Militer

Kebijakan Baru Unilever Memperbolehkan Karyawan Rusia Wajib Militer
Pabrik Unilever di Rusia. (Sumber: ufo.arlift.ru via T Adviser)

ANDALPOST.COM – Unilever, perusahaan raksasa penyedia barang bagi konsumen, memiliki sekitar sebanyak 3.000 karyawan di Rusia.

Kini, perusahaan tersebut memiliki kebijakan yang diciptakan sengaja untuk mencakup kesejahteraan serta keselamatan pekerjanya, Minggu (23/07/2023).

Dalam sebuah surat kepada kelompok kampanye B4Ukraine, dikatakan bahwa perusahaan akan mematuhi undang-undang wajib militer Rusia.

B4Ukraine merupakan koalisi organisasi masyarakat sipil, yang bekerja untuk memotong berbagai sarana bagi Rusia untuk melakukan perang melawan Ukraina.

Salah satu program B4Ukraine adalah B4Ukraine Business Outreach, yang merupakan program untuk mengajak perusahaan-perusahaan internasional di Rusia dalam mempromosikan strategi keluar yang bertanggung jawab.

Unilever menyampaikan kesulitan posisi perusahaannya, di mana mereka berada di bawh tekanan untuk keluar dari Rusia. Tetapi, di sisi lain juga mengatakan bahwa situasinya “tidak mudah”.

Unilever memberikan tanggapan atas surat yang mereka terima dari B4Ukraine, yang mengkampanyekan agar perusahaan berhenti beroperasi di Rusia untuk merugikan ekonominya.

Atas hal ini, Unilever mengatakan, “Benar-benar mengutuk perang di Ukraina sebagai tindakan brutal dan tidak masuk akal oleh negara Rusia.”

Unilever juga mengatakan bahwa perusahaannya bertanggung jawab atas 3.000 pekerjanya. Serta, menambahkan bahwa mereka memiliki “prinsip global termasuk keselamatan dan kesejahteraan karyawan kami”.

Puluhan Ribu Orang Rusia dan Ukraina yang Tewas dalam Perang

Setidaknya, sebanyak 25.000 orang Rusia telah tewas dalam perang.

Kebijakan Baru Unilever Memperbolehkan Karyawan Rusia Wajib Militer
Seorang perempuan yang sedang berada di samping seorang pria yang tewas akibat serangan Rusia, di Kharkiv, Ukraina. (Sumber: AFP/Sergey Bobok via El Pais)

Angka ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BBC Rusia dan situs web Rusia Mediazone. Akan tetapi, sumber lain justru menyebutkan angkanya jauh lebih tinggi.

Berdasarkan perkiraan yang dilakukan oleh badan intelijen Inggris pada bulan Februari, diperkirakan antara 40.000 dan 60,000 tentara Rusia telah tewas.

Di samping itu, PBB menuduh tentara Rusia atas kejahatan perang yang telah dilakukan, termasuk pemerkosaan, penyiksaan, serta pembunuhan yang “meluas”.

Terdapat data yang dipublikasi oleh Statista yang telah diverifikasi oleh OHCHR atau Kantor Hak Asasi Manusia PBB, dari 24 Februari 2022 hingga 30 Juni 2023.

Ditunjukkan pada data ini, sebanyak 9.177 terbunuh, dan 535 di antara adalah anak-anak. Kemudian, sebanyak 15.993 terluka, dan 1.095 di antara adalah anak-anak.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.