Sudan Mencekam
Perpecahan antara tentara dan RSF tersebut diketahui telah membuat ratusan nyawa melayang.
Bahkan, serangan udara serta pertempuran di ibu kota kian meluas.
Alhasil, PBB khawatir akan terjadi eskalasi jika pertempuran tersebut tidak segera dihentikan.
Dalam sebuah gambar televisi dari bandara internasional di dalam kota menunjukkan, kobaran api dengan kepulan asap hitam. Serta gambar satelit menunjukkan pesawat yang rusak.
Pertempuran di Khartoum dan kota kembar Omdurman serta Bahri sejak Sabtu (15/4) itu pun menjadi insiden terburuk dalam beberapa dasawarsa.
Sehingga, berisiko memisahkan Sudan diantara dua faksi militer yang telah berbagi kekuasaan selama transisi politik.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengepalai dewan penguasa yang dibentuk setelah kudeta tahun 2021. Serta penggulingan pemimpin veteran Omar Bashir tahun 2019 selama protes massal.
Pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo yang dikenal sebagai Hemedti merupakan wakilnya.
Di bawah rencana transisi yang didukung secara internasional, RSF akan segera bergabung dengan tentara.
Namun, pada Senin (17/4) Burhan meminta pembubaran kelompok tersebut lantaran kedua belah pihak saling menuduh.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tujuannya ialah untuk mengalahkan RSF tanpa mengesampingkan beberapa negosiasi.
“Setiap perang berakhir di meja perundingan meski lawannya kalah,” klaim Burhan.
Sedangkan pemimpin RSF Hemedti yang tidak diketahui keberadaannya, menyerukan masyarakat internasional untuk mengambil langkah tegas atas upaya Burhan tersebut.
Sehingga, terjadilah aksi kekerasan antar kedua belah pihak. (spm/ads)