ANDALPOST.COM – Setelah bencana tsunami besar yang menimpa Jepang beberapa tahun silam membuat negara itu harus menanti perbaikan dari salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir milik mereka.
Pembangkit nuklir yang diberi nama Fukushima Daiichi milik Jepang itu hancur akibat tsunami belasan tahun yang lalu.
Bahkan pembangkit listrik tersebut dikatakan memiliki dampak yang besar bagi kesehatan masyarakat Jepang khususnya bagi mereka yang sering menghabiskan waktu liburan musim panas yang akan datang di pantai.
Hal tersebut dikarenakan setiap tangki pembangkit listrik akan terhubung dengan pipa-pipa berwarna biru yang nantinya akan mengalirkan air yang mengandung cairan radioaktif.
Proses pembuangan cairan tersebut akan dikelola untuk dilakukannya pembuangan di samudera pasifik.
Meskipun demikian Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah melihat perencanaan pelepasan cairan radioaktif oleh Jepang tersebut dan menilai bahwa hal tersebut tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada laut maupun bagi negara tetangga Jepang.
Akan tetapi hal tersebut masih belum bisa menutupi bagaimana pelepasan bahan radioaktif tersebut sudah teridentifikasi dengan laut yang akan dikunjungi masyarakat dan tentunya akan sangat berbahaya khususnya bagi kesehatan masyarakat.
Hal tersebut pun menimbulkan kritik dan protes dalam pelaksanaan Fukushima Daiichi dimana masyarakat menilai pembangkit listrik tersebut adalah hal yang berbahaya bagi mereka.
Keresahan Penduduk
Penduduk mulai resah dengan mulai dijalankannya Fukushima Daiichi beberapa minggu terakhir akan memberikan dampak pada kesehatan mereka.
Yang dimana bersamaan dengan hal tersebut, musim panas juga telah tiba dan banyak dari masyarakat melakukan perjalanan ke pantai untuk menikmati hari libur musim panas mereka.
Dalam laporan dari AFP yang dipublikasikan pada Senin (24/07/2023), mengatakan bahwa masyarakat Jepang benar-benar geram atas langkah yang diambil pemerintah.
Seperti yang dikatakan oleh seorang penduduk, “tanpa laut yang sehat, saya tidak bisa mencari nafkah,” ujar Yukinaga Suzuki, seorang pemilik penginapan berusia 70 tahun di pantai Usuiso.
Dari apa yang dikeluhkan oleh Yukinaga tersebut bisa dilihat bagaimana pembuangan limbah tersebut akan memiliki dampak pada mata pencaharian mereka pula. Hal ini tentu karena tercemarnya laut akan mengurangi pengunjung yang ada di pantai tempat Yukinagi.
Meskipun pemerintah dalam mengambil keputusan telah menegaskan bahwa tidak akan ada dampak kerusakan kesehatan maupun lingkungan yang akan disebabkan, akan tetapi, beberapa orang masih menentang hal tersebut dan tidak mau berenang di pantai yang sudah tercemar.
Penduduk dikatakan berada dalam suatu kondisi yang disebut shikataganai atau sebuah kondisi tidak berdaya dan pasrah menerima keputusan pemerintah.
Cairan Radioaktif Jepang, Berbahayakah?
Sebelum dilaksanakan pelepasan cairan tersebut AIEA sudah melakukan lebih lanjut tentang rencana Fukushima dan menyimpulkan bahwa air limbah yang diolah, yang masih mengandung sedikit radioaktivitas dan masih dalam kadar aman.
Lebih lanjut dijelaskan juga bahwa proses yang dilakukan oleh Jepang dalam pembuangan limbah ke laut masih sesuai dengan norma dan regulasi hukum internasional yang berlaku.
Sementara itu para peneliti menjelaskan bagaimana ketakutan dan ketidakpercayaan publik hanyalah sebuah dampak dari kurangnya percaya kepada pemerintah yang menyebabkan mereka menentang pembuangan limbah ke laut dari Fukushima Daiichi. (ben/fau)