Alan Boswell, direktur proyek Tanduk Afrika di Crisis Group, mengatakan pembicaraan seperti itu memang selalu gagal.
Ia menganggap para tentara dipaksa untuk bergabung dalam pembicaraan sebagai alat untuk meyakinkan RSF guna menarik diri dari pemukiman di Khartoum.
Sayangnya, langkah tersebut justru sulit terwujud.
“Kekhawatirannya sekarang adalah jika pembicaraan Jeddah ini gagal, itu kurang lebih menegaskan bahwa Sudan pada dasarnya terjun bebas ke dalam perang saudara penuh,” kata Boswell.
“Ketika saya berbicara dengan para diplomat, ada perasaan yang tumbuh pada dasarnya, ketidakberdayaan, karena mereka merasa seperti sedang menyaksikan Sudan runtuh, tetapi mereka tidak dapat membuat keduanya berhenti berperang,” jelasnya.
Dampak Perang
Perang brutal antara tentara Sudan dan RSF telah memaksa hampir 1,4 juta orang meninggalkan rumah mereka. Termasuk lebih dari 350.000 orang yang telah menyeberang ke negara tetangga.
Lebih dari enam minggu setelah konflik, PBB memperkirakan lebih dari setengah populasi atau 25 juta orang membutuhkan bantuan dan perlindungan.
Area ibu kota telah dilanda penjarahan yang meluas dan sering terjadi pemadaman listrik dan pasokan air terhambat.
Bahkan, sebagian besar rumah sakit telah berhenti beroperasi.
PBB, beberapa lembaga bantuan, kedutaan, dan bagian dari pemerintah pusat Sudan telah memindahkan operasi ke Port Sudan, di negara bagian Laut Merah Sudan. Sebagai pusat pelayaran utama yang hanya mengalami sedikit kerusuhan. (spm/ads)