Sejak itu Toshiba telah menerima beberapa tawaran pengambilalihan, termasuk satu dari grup ekuitas swasta Inggris CVC Capital Partners pada tahun 2021 yang ditolaknya. Pada tahun yang sama, perusahaan tersebut kedapatan berkolusi dengan pemerintah Jepang untuk menekan kepentingan investor asing.
“Toshiba di mata banyak orang Jepang dan khususnya pemerintah, adalah harta nasional, yang merupakan bagian dari masalah ini,” kata Fasol.
Perusahaan tersebut kemudian mengumumkan rencana untuk memecah perusahaan menjadi tiga bisnis terpisah. Dalam beberapa bulan, rencana tersebut direvisi, dan dewan direksi mengatakan akan membagi perusahaan menjadi dua unit.
Sebelum rencana pembubaran baru terlaksana, pengurus perseroan menyatakan sedang mempertimbangkan tawaran JIP untuk menjadikan perusahaan itu swasta.
“Perusahaan perlu mengubah dirinya secara radikal setelah memisahkan banyak unit bisnis intinya. Terutama grup semikonduktornya,” kata Marc Einstein, kepala analis di perusahaan riset dan penasihat ITR Corporation yang berbasis di Tokyo.
Toshiba juga merupakan nama paling ikonik yang mengikuti tren perusahaan-perusahaan Jepang yang melakukan go private untuk menghindari “keharusan bertanggung jawab” kepada pemegang saham. (paa/fau)