Tuan rumah seringkali jadi juara umum
Di SEA Games, penentuan juara umum tidak berbeda dengan kejuaraan-kejuaraan lain. Negara yang berhasil meraih perolehan medali tertinggi maka berhak menyandang gelar juara umum.
Tetapi ada fakta menarik, juara umum di pesta olahraga tersebut seringkali dikaitkan dengan tuan rumah. Jadi, siapa saja tuan rumahnya, 50% akan berpeluang menjadi juara umum.
Kilas Balik Tuan Rumah dan Juara SEA Games 20 Tahun Terakhir (2001-2021)
| Tahun | Tuan Rumah | Juara Umum |
| 2001 | Malaysia | Malaysia |
| 2003 | Vietnam | Vietnam |
| 2005 | Filipina | Filipina |
| 2007 | Thailand | Thailand |
| 2009 | Laos | Thailand |
| 2011 | Indonesia | Indonesia |
| 2013 | Myanmar | Thailand |
| 2015 | Singapura | Thailand |
| 2017 | Malaysia | Malaysia |
| 2019 | Filipina | Filipina |
| 2021 | Vietnam | Vietnam |
Dari data di atas, hanya tiga kali tuan rumah gagal menjadi juara umum. Hal ini sontak membuat publik terkesan ‘agak’ malas melihat sajian SEA Games.
Sebab beranggapan separuh juara umum sudah menjadi milik tuan rumah. Hal ini sebenarnya bukan tanpa alasan, karena untuk pelaksanaan SEA Games, tuan rumah diberi beberapa hak istimewa
Hak Istimewa Tuan Rumah SEA Games
Di SEA Games, tuan rumah diberikan ‘hak istimewa’ yaitu diperbolehkan memasukkan delapan cabor tradisional negaranya untuk mempromosikan kekayaan budayanya.
Contohnya, banyak negara yang mengeluh atas penyelenggaran SEA Games 2013 di Myanmar. Saat itu, tuan rumah tidak memasukkan cabor populer seperti bowling, tenis, voli pantai, senam, dan hoki, melainkan cabor lokal yaitu bola-bulutangkis.
Myanmar tidak mengikutsertakan voli pantai karena dianggap tak sesuai dengan kebudayaan negara itu.
Selain itu, SEA Games 2019 di Filipina, tuan rumah menghadirkan cabor Arnis. Hasilnya, cabor tersebut paling banyak menghasilkan medali emas untuk Filipina. Sekedar informasi, Arnis adalah seni bela diri yang berasal dari Filipina. (azi/ads)
