ANDALPOST.COM — Dalam perkembangan terbaru mengenai krisis utang yang melanda China, Pengadilan Tinggi Beijing telah memberikan langkah tegas dengan memberi Evergrande Group, perusahaan properti raksasa yang terjerat dalam utang besar, satu kesempatan terakhir untuk menyetujui kesepakatan restrukturisasi utang yang telah diajukan oleh para krediturnya.
Keputusan ini diambil setelah berbulan-bulan negosiasi yang berlarut-larut dan ketegangan yang melibatkan perusahaan tersebut.
Evergrande Group, yang merupakan salah satu pengembang properti terbesar di dunia, telah berjuang untuk mengatasi utang senilai miliaran dolar selama lebih dari setahun.
Utangnya yang besar telah memicu kekhawatiran atas potensi efek domino yang bisa merusak sektor properti China dan mengganggu stabilitas ekonomi global.
Kesepakatan Baru untuk Kasus Evergrande
Kesepakatan restrukturisasi utang yang diajukan oleh para kreditur Evergrande telah menjadi subjek perdebatan dan ketidaksetujuan dari pihak manajemen perusahaan.
Meskipun beberapa pembayaran bunga telah dilakukan oleh perusahaan, masih ada utang yang harus dibayarkan dan para kreditur telah menuntut solusi yang lebih konkret.
Pengadilan Tinggi Beijing telah berperan sebagai mediator dalam upaya menyelesaikan masalah ini.
Mereka telah memberikan ultimatum kepada Evergrande untuk menerima kesepakatan restrukturisasi dalam waktu 30 hari. Juga menghadapi proses kepailitan yang berpotensi mengancam masa depan perusahaan.
Kesepakatan restrukturisasi yang diajukan oleh para kreditur akan memungkinkan Evergrande untuk mengkonversi sebagian besar utangnya menjadi saham. Lalu mengurangi beban utangnya, dan memberikan ruang untuk mengembalikan stabilitas perusahaan.
Namun, manajemen Evergrande telah menyatakan kekhawatiran tentang potensi pengurangan kepemilikan mereka dalam perusahaan sebagai akibat dari kesepakatan ini.
Para analis ekonomi berpendapat bahwa pemberian kesempatan terakhir ini oleh pengadilan mencerminkan keprihatinan serius atas dampak yang mungkin terjadi jika Evergrande benar-benar jatuh ke dalam kepailitan.
Dampaknya bisa menciptakan gelombang kepanikan di pasar properti China dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang lebih besar.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.