ANDALPOST.COM – Recep Tayyip Erdogan berhasil memenangi Pilpres Turki, mengalahkan sang lawan Kemal Kilicdaroglu, Senin (29/5/2023).
Namun, kemenangan tersebut sekaligus membuat Erdogan harus menyelesaikan masalah mendesak di Turki.
Terlebih Turki tengah menghadapi krisis ekonomi serta mengatasi krisis keuangan negara.
Erdogan berhasil mengalihkan fokus dari krisis biaya hidup selama kampanye pemilihan serta membuat kenaikan signifikan terhadap gaji pensiunan.
Dia juga memberikan diskon untuk tagihan energi rumah tangga, sambil mengalihkan perdebatan ke isu-isu seperti keamanan.
Tetapi ekonomi Turki sedang dalam kondisi buruk, bahkan negara tersebut juga tengah dilanda inflasi.
Bahkan, inflasi memang menjadi permasalahan utama yang harus segera diselesaikan.
“Menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh kenaikan harga dan inflasi adalah topik paling mendesak dalam beberapa hari mendatang,” beber Erdogan kepada para pendukungnya di luar istana presiden di Ankara.
“Memecahkannya tidak sulit bagi kami. Bukankah kita yang membuktikannya selama saya menjadi perdana menteri?” imbuhnya.
Sebelumnya, Erdogan sempat menjabat sebagai perdana menteri selama 11 tahun, hingga akhirnya ia menjadi presiden pada 2014 silam.
Kebijakan Suku Bunga
Inflasi negara Turki mencapai puncaknya pada 85 persen akhir tahun lalu, turun menjadi 44 persen bulan lalu.
Namun, ekonom independen membantah angka resmi tersebut dan mengatakan angka sebenarnya mencapai 105 persen.
Sementara itu, nilai mata uang Turki yang dilindungi pemerintah dengan menjual cadangan mata uang asing mengalami penurunan.
Lira mencapai rekor terendah pada Senin pagi sebesar 20,06 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), setelah kehilangan hampir 80 persen nilainya selama lima tahun terakhir.
Banyak ekonom menyalahkan hal ini terutama pada kebijakan Erdogan yang tidak ortodoks untuk menurunkan suku bunga hampir setengahnya sejak akhir 2021, sebagai cara untuk memerangi inflasi.
Timothy Ash, pakar Turki di BlueBay Asset Management London, mengatakan level mata uang saat ini tidak berkelanjutan.
Dia menambahkan bahwa bank sentral telah naik melalui cadangan untuk menjaga Lira relatif stabil menjelang pemilihan untuk memastikan kemenangan Erdogan.
Selain itu, cadangan devisa terbatas dan suku bunga riil negatif besar-besaran, sehingga tekanan pada Lira kian berat.
Tetapi Emre Peker, direktur Eropa di Grup Eurasia, mengatakan Erdogan kemungkinan akan melihat kemenangan hari Minggu (28/5/2023) sebagai dukungan atas kebijakan ekonominya.
Namun di sisi lain, Erdogan menganggap kebijakan itu dapat membuat ekonomi Turki lebih kuat dalam jangka panjang.
“Meskipun inflasi tertinggi yang telah kita lihat selama bertahun-tahun, ada tekanan signifikan pada lira. Meskipun pengangguran tinggi dan kekhawatiran masyarakat, dengan kemenangannya, Erdogan akan merasa benar,” terang Peker.
Arus Masuk Asing
Peker menambahkan bahwa Erdogan dimotivasi oleh keinginan untuk melepaskan Turki dari ketergantungan ekonomi secara keseluruhan pada mitra Barat.
Turki telah dibantu dalam beberapa bulan terakhir oleh Rusia dan negara-negara Teluk, seperti Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Bahkan, negara-negara itu telah menggelontorkan miliaran dolar ke bank sentral Turki atau menyiapkan dana investasi bernilai fantastis.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.