Belum ada Vaksin dan Obat
Namun, berdasarkan pembelaan dari Profesor Isabella Eckerle dari Center of Emerging Viral Desease. Ia menyatakan bahwa tersebarnya virus Marburg ini bukan dikarenakan oleh kebocoran laboratorium. Melainkan dari terinfeksinya para pekerja yang ada di dalam laboratorium.
“Berita palsu. Virus itu bukan kebocoran laboratorium di Marburg tetapi menginfeksi pekerja laboratorium melalui monyet sakit dari Uganda. Mereka penting sebagai model hewan percobaan.” ujar Isabella.
Disamping itu, berdasarkan pernyataan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika CDC Afrika), obat atau vaksin untuk Virus Marburg masih belum ada hingga saat ini. Namun, jika terdapat penderita yang terinfeksi virus ini, mereka dapat melakukan pengaturan kadar darah dan oksigen untuk meningkatkan peluang hidup mereka.
Pemerintah Tanzania saat ini juga sedang melakukan tindakan cepat untuk mengatasi wabah virus ini agar penyebaran virus ini tidak meluas. Mereka juga mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam proses pemberhentian wabah ini.
“Penyakit menular yang muncul dan muncul kembali ini adalah tanda bahwa keamanan kesehatan benua perlu diperkuat. Untuk mengatasi ancaman penyakit.” tutur Ahmed Ogwell Ouma selaku direktur CDC Afrika.
“Kami mendesak anggota masyarakat untuk terus berbagi informasi secara tepat waktu dengan pihak berwenang. Untuk memungkinkan tanggapan yang paling efektif “, tambahnya. (rge/zaa)