Air yang Terkontaminasi
Badan anak-anak, UNICEF mengatakan pengungsi yang kekurangan uang, termasuk keluarga Lebanon terpaksa bergantung pada sumber air terkontaminasi karena pasokan pipa tidak memadai.
Akses ke pasokan air keran bersih menjadi tidak merata, lantaran sistem distribusi yang kurang andal. Sebagian listrik yang meluas membuat stasiun pompa dan pabrik pemurnian terhenti. Hal ini diungkap langsung oleh UNICEF.
“Kami menderita ketidakmampuan kronis untuk mengirimkan air bersih dan listrik ke rumah dan kamp. Ini mengarah pada lebih banyak masalah dengan pengolahan dan pembuangan limbah,” kata Ghassan Dbaibo, Direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular di Universitas Amerika di Beirut.
Wabah Berasal dari Suriah
Sementara itu, Pejabat pemerintah berpikir kasus kolera berasal dari wabah di negara tetangga, Suriah. Kementerian Kesehatan Suriah mengumumkan wabah kolera ditemukan di Aleppo pada bulan September lalu.
Setidaknya, mereka melaporkan sembilan kasus kematian. Kasus itu diduga terkait dengan individu yang meminum air yang terkontaminasi dari Sungai Efrat.
Wabah di Lebanon berisiko memicu permusuhan terhadap sekitar 1,5 juta pengungsi Suriah yang mencari perlindungan di Lebanon selama perang 11 tahun negara mereka.
Di seluruh dunia, konflik dan bencana alam telah mengakibatkan peningkatan wabah kolera yang belum pernah terjadi sebelumnya secara global, kata WHO bulan lalu. Sehingga tercetus langkah yang andal untuk memberikan jatah vaksin.
Lebanon menerima batch pertama vaksin awal bulan ini. Vaksin akan memainkan “peran penting” dalam membatasi penyebaran penyakit.
Seorang juru bicara Kementerian mengatakan bahwa sejauh ini, vaksin akan diberikan kepada petugas kesehatan garis depan.
Sisa vaksin, akan ditujukan untuk keluarga yang tinggal di daerah berisiko tinggi, termasuk kota-kota utara di mana otoritas kesehatan telah mendirikan rumah sakit darurat lapangan. (spm/fau)