Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Warga Israel Murka, Netanyahu Makin Dekat dengan Hari Penghakiman

PM Israel Benjamin Netanyahu (Foto: Maya Alleruzzo/Pool via REUTERS)

ANDALPOST.COM — Serangan brutal kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu membuat warga Israel kian erat satu sama lain, Rabu (18/10/2023).

Tetapi, tidak banyak dukungan  yang ditujukan kepada pemerintah.

Pasalnya, mereka menuduh pihak pemerintah mengabaikan pertahanan negaranya dan mengakibatkan perang di Gaza yang mengguncang wilayah tersebut.

Apapun yang terjadi kemudian, hari penghakiman akan segera tiba bagi Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu. Setelah mencatatkan rekor kebangkitan politik yang panjang.

Kemarahan publik atas sekitar 1.300 korban jiwa di Israel semakin dipicu oleh sikap Netanyahu yang menyebut diri sebagai ahli strategi Churchillian, serta meramalkan ancaman keamanan nasional.

Latar belakang lainnya adalah polarisasi sosial tahun ini sehubungan dengan upaya perombakan peradilan koalisi agama-nasionalis yang dipimpinnya.

Sehingga memicu pemogokan oleh beberapa pasukan cadangan militer dan menimbulkan keraguan.

“Bencana Oktober 2023” menjadi judul utama di harian terlaris Yedioth Ahronoth, bahasa yang dimaksudkan untuk mengingat kegagalan Israel mengantisipasi serangan kembar Mesir dan Suriah pada Oktober 1973. Di mana akhirnya menyebabkan PM saat itu Golda Meir mengundurkan diri.

Penggulingan itu berdampak pada hegemoni Partai Buruh kiri-tengah yang dipimpin Meir.

Penetapan Netanyahu

Amotz Asa-El, peneliti di Shalom Hartman Institute di Yerusalem, memperkirakan nasib serupa akan menimpa Netanyahu dan Partai Likud konservatif yang sudah lama dominan.

“Tidak masalah apakah ada komisi penyelidikan atau tidak, atau apakah dia mengakui kesalahannya atau tidak. Yang penting adalah apa yang dipikirkan ‘orang Israel tengah’, yakni bahwa ini adalah kegagalan dan PM harus bertanggung jawab,” beber Asa-El.

“Dia akan pergi, dan seluruh perusahaannya ikut bersamanya,” imbuhnya.

Sebuah jajak pendapat di surat kabar Maariv menemukan bahwa 21 persen warga Israel ingin Netanyahu tetap menjadi PM setelah perang tersebut.

Namun, 63 persen orang justru menolak sang PM, dan 13 sisinya mengaku ragu-ragu.

Jika pemilu diadakan hari ini Rabu (18/10/2023), menurut jajak pendapat tersebut, Likud akan kehilangan sepertiga kursinya. 

Sementara Partai Persatuan Nasional yang berhaluan tengah, yang dikuasai rival utamanya, Benny Gantz, akan bertambah sepertiga kursinya dan menempatkan partai tersebut pada posisi puncak.

Israel Bentuk Kabinet Perang Darurat 

Namun warga Israel kini tidak menginginkan pemungutan suara.

Asap hitam membubung setelah serangan udara Israel di Gaza pada hari Sabtu. (Foto: Ali Jadallah/Anadolu Agency/Getty Images)

Mereka justru ingin adanya tindakan nyata saat serangan balasan berkembang menjadi potensi invasi darat. 

Gantz, mantan panglima militer, telah mengesampingkan perbedaan politik untuk bergabung dengan Netanyahu dalam kabinet darurat.

Sibuk dengan para petinggi dan utusan asing, Netanyahu membatasi pertemuannya dengan publik. Ia bertemu dengan keluarga dari sekitar 200 sandera yang dibawa ke Gaza, tanpa kehadiran kamera TV. 

Di tengah protes yang memuncak, istrinya mengunjungi salah satu keluarga yang sedang berduka.

Netanyahu juga belum membuat pernyataan pertanggungjawaban pribadi.

Padahal jenderal tertinggi, menteri pertahanan, penasihat keamanan nasional, menteri luar negeri, menteri keuangan dan kepala intelijen mengakui kegagalannya dalam mengantisipasi dan mencegah serangan terburuk terhadap warga sipil dalam sejarah Israel.

Israel pun telah mendapatkan dukungan vokal dari Barat atas serangan balasannya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.