Panic Buying Garam Laut
Panic buying telah menyebabkan kenaikan harga garam di Korea Selatan sebesar 27 persen pada Juni dari dua bulan lalu. Meskipun para pejabat mengatakan cuaca dan produksi yang lebih rendah juga menjadi penyebabnya.
Sebagai tanggapan, pemerintah Korea telah memutuskan untuk melepaskan sekitar 50 metrik ton garam per hari dari stok, dengan diskon 20 persen dari harga pasar, hingga 11 Juli.
“Saya khawatir pelepasan air limbah tidak hanya mencemari (laut) dan menyebabkan masalah kesehatan, tetapi juga menaikkan harga garam dan makanan laut,” kata Park Young-sil, seorang wanita berusia 67 tahun saat berbelanja di pasar tradisional di Seoul.
Lebih dari 85 persen publik Korea Selatan pun menentang rencana Jepang, menurut survei bulan lalu oleh lembaga survei Research View.
Tujuh dari 10 orang dilaporkan mengatakan bahwa mereka akan mengkonsumsi lebih sedikit makanan laut jika pembuangan air limbah dilanjutkan.
Hyun Yong-gil, seorang pemilik toko grosir garam di ibu kota, mengatakan kepada Reuters awal bulan ini bahwa penjualan meningkat “40 hingga 50 persen”. Meskipun harga garam melonjak.
“Akhir-akhir ini kami mendapatkan lebih banyak pelanggan dari biasanya dan banyak dari mereka tampaknya khawatir dengan rencana pelepasan air limbah,” katanya.
Jejeran garam di rak-rak supermarket juga dengan cepat ludes diborong oleh para pembeli di pasaran.
“Saya datang untuk membeli garam tapi tidak ada yang tersisa,” kata Kim Myung-ok, 73 tahun. “Terakhir kali aku datang juga tidak ada.”
Tidak hanya Korea Selatan, China juga mengutuk keras langkah yang akan diambil Jepang tersebut. Menurutnya, Jepang kurang transparan dan mengatakan itu merupakan ancaman bagi lingkungan laut dan kesehatan orang-orang di seluruh dunia. (paa/ads)