Yun Sun, Direktur Program China di Stimson Center, sebuah think-tank yang berbasis di Washington mengatakan, penunjukan Wang sebagai pengganti Qin menggarisbawahi keinginan Beijing untuk kesinambungan.
“Dia pilihan yang aman,” kata Yun.
“Dia mengatur kursus pada saat ketidakstabilan,” tambahnya berbicara tentang Wang.
Sementara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken telah bertemu dengan Wang sebelum pengangkatannya baru-baru ini. Tepatnya di sela-sela KTT Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Indonesia bulan lalu.
Namun, Wang Yi sempat mengatakan bahwa bisnis akan berjalan seperti biasanya setelah kenaikannya kembali ke jabatan Menteri Luar Negeri. Ia juga meyakinkan bahwa “Wolf Warrior Diplomacy” akan tetap berjalan.
Pertemuan Terakhir dengan Qin
Blinken terakhir bertemu dengan Qin pada tanggal 18 Juni 2023, pada kunjungan pertama diplomat top Amerika ke China dalam lima tahun.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, mereka mengadakan pembicaraan “terus terang, substantif, dan konstruktif”.
Inilah saat di mana Blinken mengundang Qin ke Washington untuk melanjutkan diskusi.
Namun, dikarenakan Qin yang menghilang selama sekitar sebulan kemudian, undangan itu kemudian dialihkan kepada Wang Yi sebagai Menteri Luar Negeri China yang baru.
Belum diketahui apakah ada konsekuensi yang akan dihadapi oleh Qin.
Kesenjangan informasi seperti demikian memang tidak jarang terjadi dalam sistem politik China. Di mana terdapat desain kurang transparan dalam pekerjaan internal partai.
Sehingga, partai dapat mengontrol semua aspek pemerintahan dan melakukan pengambilan keputusan di balik pintu tertutup. (xin/ads)