Namun, perlu diperhatikan pernyataan Alon bahwa keamanan pengguna tetap berpeluang mendapatkan ancaman kejahatan siber.
Kejahatan Peretas
Pasalnya, para peretas bisa melakukan berbagai kejahatan seperti email phising, spam, hingga doxing atau pengungkapan identitas orang secara online.
Selain kasus peretasan data yang terjadi pada Januari lalu, twitter nampaknya cukup sering menghadapi masalah kebocoran data.
Seperti pada kasus yang menyebabkan 5,4 juta bocornya data pribadi yang mencakup nomor telepon dan alamat email.
Kasus itu merupakan yang pertama kali di tahun 2022. Tepatnya, terjadi pada Agustus 2022 lalu. Informasi mengenai kebocoran data yang pernah dialami oleh Twitter disampaikan secara resmi pada laman Twitter Privacy.
Respon Twitter
Menanggapi adanya pemberitaan tentang kebocoran data para penggunanya, Twitter pada akunnya @TwitterSupport memastikan bahwa data pribadi yang tersebar bukanlah data penting. Alias, data yang tersebar memang data yang tersedia untuk umum.
“Kami melakukan penyelidikan menyeluruh dan tidak ada bukti bahwa data yang baru-baru ini dijual diperoleh dengan mengeksploitasi kerentanan sisitem Twitter,” tulis dalam laman Twitter Privacy. (nfk/fau)