Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

39 Orang Tewas atas Insiden Kebakaran di Pusat Migran Meksiko Dekat Perbatasan AS

Puluhan migran menjadi korban dalam insiden kebakaran yang terjadi di Ciudad Juarez. (Foto: Twitter)

Duka dalam Kebakaran Tersebut

Di sisi lain, seorang saksi mengatakan, ia melihat mayat-mayat tergeletak di tanah dalam kantong mayat di belakang barisan keamanan kuning. Dikelilingi oleh kendaraan darurat, tetapi si jago merah berhasil ditaklukkan.

“Saya di sini sejak pukul satu siang menunggu ayah dari anak-anak saya, dan ketika jam 10 malam tiba, asap mulai keluar dari mana-mana,” kata Viangly Infante (31), seorang warga negara Venezuela.

Suami Infante yang bernama Eduard Caraballo (27) berada di sel tahanan di dalam fasilitas ketika api mulai menyala. Namun, ia mengatakan, sang suami dapat melarikan diri dengan memasukkan diri ke dalam air serta menekan pintu guna keluar ruangan.

Atas insiden tragis tersebut, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adrienne Watson mengungkapkan, kesedihannya untuk para korban tewas.

“Kehilangan nyawa yang tragis di Ciudad Juarez memilukan. Doa kami bersama mereka yang kehilangan nyawa, orang yang mereka cintai, dan mereka yang masih berjuang untuk hidup mereka. Amerika Serikat telah menghubungi pejabat Meksiko dan siap memberikan dukungan yang dibutuhkan,” tulis Watson melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (28/3).

Nasib Tragis Migran

Beberapa minggu terakhir telah terlihat penumpukan migran di kota-kota perbatasan Meksiko, ketika pihak berwenang berusaha memproses permintaan suaka menggunakan aplikasi pemerintah AS baru yang dikenal sebagai CBP One.

Sejumlah migran dilarikan ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan atas insiden kebajaran di Ciudad Juarez. (Foto: Twitter)

Namun, mayoritas migran merasa proses melalui aplikasi tersebut terlalu lama. Padahal di bulan ini ratusan migran yang sebagian besar dari Venezuela terlibat perkelahian dengan pejabat AS di perbatasan setelah rasa frustrasi mereka memuncak mengenai janji suaka.

Tetapi, pada bulan Januari lalu, Presiden AS, Joe Biden mengungkapkan, akan memperluas pembatasan era Trump untuk segera mengusir migran Kuba, Nikaragua, dan Haiti yang tertangkap secara ilegal melintasi perbatasan AS-Meksiko dalam upaya menahan lonjakan para migran.

Meski begitu, AS menyebut tetap akan mengizinkan 30.000 orang dari tiga negara tersebut ditambah Venezuela untuk memasuki negara itu melalui udara setiap bulan.

Sayangnya, insiden kebakaran di Ciudad Juarez justru terjadi.

Lantas insiden tersebut menjadi salah satu kejadian paling mematikan yang menimpa para migran di Meksiko dalam beberapa dekade terakhir.

Namun, diketahui pada Desember 2021 lalu, sebanyak 55 orang yang mayoritas berasal dari Guatemala tewas, serta puluhan lainnya luka-luka.

Hal tersebut karena sebuah truk yang penuh dengan migran terbalik di perbatasan selatan negara bagian Chiapas.

Kisah tragis para migran juga pernah terjadi pada tahun 2010 silam. Pasalnya, sekitar 72 migran dibantai oleh orang-orang bersenjata kartel narkoba di negara bagian Tamaulipas, Meksiko utara. (spm/ads)